Renungan Malam
KJ.393 : 1,2 – Berdoa
Maleakhi 3 : 4 – 5
“Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.” (ay.4)
Apakah yang kita persiapkan ketika kita mau beribadah? Pasti sebagian besar akan mengatakan “persiapkan hati”. Jawaban itu baik dan benar. Pertanyaan berikutnya, apa lagi yang kita persiapkan? Mungkin sebagian akan mengatakan “Ah, yang penting hatinya”. Untuk jawaban ini kita perlu untuk mencermatinya. Bukankah jika hati kita sungguh-sungguh mau beribadah dan siap beribadah, maka segala sesuatu yang terkait dengan ibadah yang akan dilakukan akan dipersiapkan dengan baik sebagai cerminan hati kita yang siap? Ya, hati yang siap beribadah berarti keutuhan diri dan hidup kita juga siap beribadah.
Pada masa Maleakhi, banyak umat yang dengan tegas mengatakan “kami beribadah kepada TUHAN, dengan hati kami yang siap”. Tetapi pada prakteknya, ibadah yang dilakukan hanya sekadar rutinitas ritual saja. Nyanyian dan doa dilantunkan dengan baik dan merdu serta syahdu, tetapi hal itu hanya dilakukan sebatas ruang dan waktu ibadah. Selepas itu, perilaku mereka sama sekali bertolak belakang, mereka tidak ragu melakukan ketidakadilan kepada sesama, mereka berkubang dalam lumpur perzinahan, mereka menjerumuskan diri dalam lembah kejahatan. Mereka beribadah dan tidak menyenangkan hati TUHAN.
Sebelum kita masuk dalam peraduan, kita merendah di hadapan TUHAN, memohon ampun untuk segala perilaku ibadah kita yang tidak menyenangkan hati-Nya. Dan kita panjatkan juga permohonan kepada TUHAN agar ibadah dan kesaksian hidup kita menjadi persembahan yang menyenangkan hati TUHAN.
KJ.393 : 3
Doa : (Ya TUHAN, terima kasih untuk segala berkat-Mu, ajar kami untuk bersyukur dengan persembahan yang menyenangkan hati-Mu)