HUT ke 70 GPIB dan Hari Reformasi
Renungan Pagi
KJ.233 : 1,2 – Berdoa
Filemon 1 :8 – 16
“…supaya engkau ciapat menerimanya untuk selamanya, sebagai saudara yang kekasih”(ay.15-16)
Afrika Selatan menganut politik apartheid, meskipun kekristenan menjadi kepercayaan warga kulit putih. Nelson Mandela adalah seorang kulit hitam yang melawan politik apartheid yang menekan orang kulit hitam dan menganggapnya lebih cocok menjadi budak daripada penguasa. Ia melupakan semua kejahatan penguasa kulit putih yang menganiaya dan memenjarakan dia dalam memperjuangkan kesamaan hak orang kulit hitam. Bagi Nelson Mandela, kasih Tuhan menjadikan manusia setara dan tanpa perbedaan asas.
Dalam bacaan kita ini, Onesimus hanyalah seorang budak pelarian dan telah berbuat jahat, namun ia diterima oleh Paulus dalam kasih Tuhan. Ia disuruh kembali pada tuannya, Filemon, agar diterima kembali sebagai saudara dalam Tuhan. Filemon bukan saja menghormati Paulus, tetapi juga melaksanakan permintaan Paulus, mendudukan Onesimus sebagai orang merdeka, saudara yang kekasih. Waiaupun ia telah disakiti dan dirugikan oleh Onesimus, budaknya, namun ia menerimanya dengan tulus sebagai saudara yang kekasih dan setara dengan dia. Berbeda dengan politik apartheid Afrika Selatan yang menekankan perbedaan status sosial warga kulit putih dan kulit hitam, walaupun penguasa kulit putih beragama Kristen, kasih mereka tidak berfaedah.
Kasih Tuhan memerdekakan, dengan hak asasi dan harga diri (martabat) yang sama pula. Kasih Tuhan mengatasi segala sesuatu, mengubah segala sesuatu dan menjadikan semua setara sebagai makhluk Tuhan. Dan hati setiap orang akan diuji oleh Roh Tuhan di hadapan-Nya.
Bisakah kita hidup dengan cinta kasih seperti itu dalam persekutuan umat dan dalam bermasyarakat? Kasih bukan basa-basi, tetapi dasar asasi hidup baru sebagai umat Yesus Kristus di dunia ini.
KJ.233:3
Doa : (Tuhan tolong kami, hidup dalam kasih tanpa perbedaan)