Renungan Pagi 20 April 2019

GB 59 : 1 – Berdoa

Yohanes 19 : 31 -37
” ……. ..Mereka akan memandang kepada Dla yang telah mereka tikam” (ay.37)

Bila orang-orang Romawi melaksanakan hukuman salib sesuai dengan hukum mereka, maka korban dilinggal begilu saja untuk mati sendiri di kayu salib. Korban bisa tergantung berhari-hari di kayu salib di tengah terik matahari dan dinginnya malam hari, kehausan dan tersiksa. Seringkali korban meronta-ronta kesakitan.

Orang Romawi juga tidak menguburkan mayat penjahat yang mati disalibkan. Mereka hanya menurunkan mayat itu dan membiarkan burung gagak dan anjing-anjing memakannya sampai habis.

Dalam hukum Yahudi orang yang telah manerima hukuman mati tidak boleh semalam-malaman tergantung diatas tiang. Mereka harus menguburkannya pada hari itu juga. Dalam hal ini, mayat Yesus menjadi penting dan tidak dibiarkan tergantung di kayu salib semalam-malaman karena esok harinya adalah hari Paskah.

Cara menghabiskan nyawa orang terhukum adalah dengan mematahkan kaki dan tulang-tulang dari korban penyaliban. Kaki Yesus tidak dipatahkan karena terlihat bahwa Yesus telah mati. lni berani bahwa Yesus benar-benar mati yang menunjukkan pada ketuhanan Yesus yang berdaulat di salib dan pengorbananNya bagi manusia.

Yesus benar-benar manusia yang terdiri dari tubuh, darah dan daging. Yesus tidak dipatahkan kaki-Nya namun lambung-Nya ditikam untuk menegaskan bahwa diriNya benar-benar mati sebagai wujud ketaatan-Nya kepada Bapa-Nya.

Yesus merupakan pribadi yang dapat menjadi contoh bagi kita, bahwa berkorban bagi kebaikan banyak orang mnrupakan tindakan yang berkenan dihadapan Allah. Pengorbanan Yesus bukti dari cinta kasih dan ketaatan-Nya kepada Allah. Mari kita meneladani perbuatan Yesus. Singkirkan kepentingan diri seandiri untuk membangun dan memperkuat kehidupan persekutuan

GB.69 : 2

Doa : (Tuhan, tolong kami untuk belajar mongorbankan kepentingan diri demi keutuhan persekutuan tuhuh Kristus)