Renungan Pagi 09 Oktober 2019

KJ. 453 : 1 – Beroda

Yosua 7 : 1 – 5
Yosua menyuruh orang dari Yerikho ke Ai…. (ay.2)

Setelah keberhasilan dialami bangsa Israel, kini mereka merasakan kebalikannya. Mereka harus lari kembali karena dikejar oleh orang Ai setelah tiga puluh orang dari mereka dibunuh. Kemenangan yang mereka alami membuat mereka tidak mawas diri. Kesuksesan yang telah diraih membuat mereka sombong dan lupa diri. Pengintaian dan penyerangan pertama terhadap kota Ai dilakukan tanpa bertanya dan meminta petunjuk terlebih dahulu dari Allah. Yosua sendiri yang mengambil inisiatif atas tindakan penyerangan ini. Mereka maju dengan percaya diri hanya untuk menemukan diri mereka kalah dan berlari menyelamatkan diri. Bangsa Israel lupa bahwa kemenangan yang mereka peroleh sebelumnya terhadap kota Yerikho adalah karena pemberian Allah semata. Allah sendirilah yang menentukan rencana dan menaklukkan kota Yerikho. Kekalahan yang mereka alami ini membuat mereka tawar hati.

Seringkali, kita hanya berharap dan memohon kepada Tuhan ketika berhadapan dengan tantangan atau masalah. Meskipun seperti itu, Allah Sang Kasih tetap memberi belas kasih-Nya dan kemenangan kepada umat-Nya. Malangnya, kemenangan yang diberikan oleh Allah justru membuat manusia menganggap bahwa dirinya dapat melakukan segala hal dengan kemampuannya sendiri tanpa mengandalkan Allah. Kita lupa bahwa kita adalah manusia yang terbatas. Kita telah dibutakan dengan keberhasilan yang dianugerahkan Allah. Oleh karena itu, tak jarang kita mengalami kegagalan didalam hidup.

Meskipun mengalami kegagalan, kita harus belajar bahwa kegagalan bukan akhir dari segalanya. Kita tidak boleh tawar hati. Kita harus menjadikan kegagalan tersebut sebagai pelajaran dan peluang untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi. Dimulai dengan percaya dan meminta petunjuk Allah dalam setiap rencana kehidupan kita.

KJ. 453 : 2,3
Doa : (Ya Allah, ajar kami untuk dapat menerima kegagalan kami agar kami tidak tawar hati)