Renungan pagi, 18 September 2020

KJ 416 : 1, 2 – Berdoa

Amsal 17 : 8 – 13
“Suatu hardikan lebih masuk pada orang bepengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal” (ay.10)

Ibu Marni begitu kesal dengan tingkah anak remajanya. Ia meminta kepada pendetanya agar mendoakan putra bungsunya yang sering kali tidak pulang ke rumah. Katanya kepada sang pendeta : “Bu, anak saya itu bebal. Setiap kali menasihati dia, sama saja kita buang garam ke dalam laut. Saya tidak tahu lagi cara apa yang dapat saya lakukan agar nasihat kami orang tua didengar. Saya sangat sedih sekali dengan tingkahnya.” Apa benar anak ibu tersebut bebal? Apa yang dikatakan Amsal tentang orang bebal khususnya dalam bacaan kita pagi ini?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi arti bebal sebagai sukar mengerti atau tidak cepat menanggapi sesuatu. Orang bebal tidak tajam dalam hal berpikir. Orang bebal tidak sama dengan orang bodoh. Orang bebal pasti bodoh, malas dan tidak bertanggung jawab. Tetapi orang bodoh, malas, tidak bertanggung jawab tidak selalu bebal. Amsal menyebutkan bahwa orang bebal sulit ditegur bahkan dengan kekerasan sekali pun. Bila Amsal berkata lebuh baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak dari pada dengan orang bebal, berarti orang bebal berpotensi menyebakan bencana bukan hanya bagi dirinya sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Orang bebal tidak mengindahkan didikan TUHAN. Orang bebal juga tidak mengindahkan petunjuk orang yang bijak. Orang bebal lawannya adalah oang berpengertian (band. 4 : 10 -13).
Mari ayunkan langkah kaki kita dengan meminta tuntunan bimbingan Tuhan agar kita memperoleh pengertian dan hati bijak, supaya nyata bahwa perilaku kita tidak menunjukan tanda-tanda sebagai orang bebal melainkan sebagai orang berpengertian.

KJ 416 : 3

Doa : (Ya Tuhan, berikanlah kami pengertian agar bijak dalam menaggapi teguran).