Kejadian 33:12-17
Jadi pulanglah Esau pada hari itu berjalan ke Seir. Tetapi Yakub berangkat ke Sukot ….(ay 16-17)
Perdamaian yang tercipta antara pihak-pihak yang bertikai terkadang tidak berjalan mulus. Ada saja pihak yang mengkhianati ikrar dan syarat perdamaian yang sudah dicapai, yaitu dengan cara selalu berusaha mencari celah untuk menyulut konflik baru. Hal ini selalu dilakukan oleh pihak yang menganggap diri lebih kuat kepada pihak yang lemah. Terlebih ketika pihak yang lemah selalu bergantung dan berlindung kepada pihak yang kuat.
Bacaan pagi ini menjelaskan bahwa ketika Esau menerima persembahan dari Yakub, Esau berjanji menyertai Yakub, sehingga mengajaknya berjalan bersama ke Seir (Edom). Namun, Yakub secara halus menolak tawaran Esau dengan alasan anak-anaknya dan juga ternaknya masih tidak kuat berjalan cepat. Esau pun menawarkan untuk meninggalkan orang-orangnya untuk mengawal Yakub dan rombongannya dalam perjalanan menuju Seir seperti dikatakan oleh Yakub (ay 14-15). Tetapi Yakub pun menolaknya karena menganggap sudah cukup ia telah mendapat kasih dari Esau dan telah berdamai dengan kakaknya itu. Jelas, bahwa Yakub tidak mau bergantung kepada Esau yang berjanji untuk melindungi selama perjalanan. Perdamaian yang sudah terjadi tidak berarti Yakub harus bersama dan beriring sejalan dengan Esau. Oleh karena itu, ketika Esau meninggalkan Yakub menuju ke kotanya, Seir, Yakub merubah arah. Ia tidak ke Seir, kota kakaknya, tetapi menuju dan beristirahat di Sukot (kota perlindungan). Inilah cara Yakub untuk merawat perdamaian.
Perdamaian yang sudah tercipta mesti kita jaga dan rawat dengan baik. Ada kalanya kita mengalah dan menjadi pihak yang lemah demi tercipta perdamaian. Tetapi tidak berarti kita harus bergantung; tidak juga mesti selalu seiring sejalan. Masing-masing kita punya tujuan sendiri. Lebih baik berjauhan tetapi tetap hidup damai, daripada bersama tetapi selalu ribut.
GB.345 : 2
Doa : (Tuhan, tunjukkan jalan terbaik untuk kami jalani dalam damai)