Renungan Pagi
KJ.260:1 – Berdoa
Markus 10:17-20
Guru yang baik, apa yang harus kuperkuat untuk memperoleh hidup yang kekal? (ay.17)
Apakah kita masih menginginkan hidup yang kekal? Sebuah jawaban ekstrim tertulis dalam majalah bagi perempuan, katanya saya ingin agar setelah mati, tak ada lagi yang tersisa. Seluruh hidupku telah berakhir. Titik. Jawaban ekstrim lain justru menyatakan bersedia melakukan apa pun asal memperoleh hidup yang kekal. intinya, dapat masuk ke dalam surga setelah mati. Jawaban ini menjadi popular seiring dengan berkembangnya paham terorisme atau radikalisme berbasis agama dan banyaknya teroris tersebar ke banyak negara.
Orang muda yang datang kepada Tuhan Yesus mau memastikan bahwa ia pun akan memperoleh hidup yang kekal. Ia tahu tentang dirinya, ia telah memenuhi sernua hukum Tuhan. Ia tak pernah melanggarnya sekali pun. Ia tidak pernah membunuh, berzinah, mencuri, mengucapkan saksi dusta, mengurangi hak orang lain, dan selalu menghormati ayah dan ibunya. la telah sempurna menurut versi Parisi. Apa sebabnya ia masih datang kepada Yesus Kristus‘? la hendak mendapatkan pengakuan dari Yesus Kristus. Entah siapa baginya Yesus Kristus tak jelas. Nabi atau Rabi? Mungkin saja. Bukan itu yang diperlukannya. la inginkan semacam rekomendasi verbal dari Yesus Kristus.
Semua kesalehannya itu, bagi Tuhan Yesus ternyata didasarkan atas motivasi berbangga telah mamenuhi persyaratan kesalehan umum. Tolak ukur demikian tidak sesuai dengan keinginan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mempertanyakan motivasi kesalehan kita. Bila sekadar berbangga diri, bertobatlah, sebab Tuhan pasti menolak kita. Hidup kekal pasti mimpi saja. Periksalah motivasi kesalehan kita masing-masing. Kesalehan sejati adalah menjadi manusia baru dan menyaksikan pembaruan itu kepada dunia.
Datanglah kepada Tuhan Yesus agar memperoleh motivasi kesalehan yang murni dan menjadi berkat bagi sesama, suatu kesalehan umum bagi kebaikan umum.
KJ.260 : 2
Doa: (Ajarlah kami melakukan perjuangan dan perlawanan terhadap yang jahat)