Renungan Malam
GB.269 : 1,2 – Berdoa

Yesaya 38 : 9 – 21

“TUHAN telah datang menyelamatkan aku! Kami hendak main kecapi, seumur hidup kami di rumah TUHAN.” (ay.20)

Seorang ibu yang sangat setia dalam pelayanan gereja harus menanggung kepahitan hidup bertubi-tubi. Pinjaman miliyaran rupiah dari bank untuk modal usaha keluarganya raib dipakai oleh salah seorang anaknya. Rumahnya disita oleh bank, dan mereka tinggal di rumah kontrakan. Suaminya mengalami sakit parah. dan sang ibu juga beberapa kali jatuh sakit. Namun, pelayanannya untuk Tuhan tidak pernah surut. Persoalan hidupnya menjadi kesaksian kepada sesama, bahwa Tuhan itu setia dan sangat baik. Menapaki hari-hari depan yang penuh misteri, salib yang berat itu terus ia pukul dengan hati bersyukur.
Kepahitan hidup sebagai hamba Tuhan yang setia juga dialami oleh raja Hizkia, ia sakit berat dan terancam mati. Sebagai raja la juga harus menghadapi orang-orang Israel yang keras hati dan tekanan bangsa Asyur. Upah dari memikul salib itu la terima dalam bentuk kesembuhan dan pertambahan umur. la merespons dengan pujian syukur memuliakan Tuhan melalui karangannya (ay.10-20). la saksikan kepada banyak orang tentang keselamatan dari Allah padanya. Tanpa menyia-nyiakan waktu, la juga mempersembahkan sisa hidupnya untuk bersyukur dan bersaksi bersama umat Allah lainnya (ay.17).
Di tahun ini, pasti pernah terjadi kepahitan dalam hidup kita, sekalipun kita tetap setia melayani Tuhan dan sesama. Kasih Sayang dan pertolongan Tuhan tentu tidak dapat kita ukur hanya dengan hilangnya kepahitan-kepahitan itu. Allah menginginkan kita mengalami dan menghadapinya agar menjadi kesaksian tentang-Nya. Kemampuan untuk tetap tabah, setia dan bersyukur dalam kepahitan adalah tanggung jawab kesaksian (marturia) anak-anak Tuhan. Sebelum beristirahat, mari bertanya pada diri sendiri, Sejauh mana kita bersyukur dan bersaksi bagi Allah atas kebaikan-Nya selama ini?
 

GB. 269 : 4

Doa : (Ya Bapa, mampukan kami untuk terus bersyukur dan bersaksi tentang kebesaran dan kebaikan-Mu melalui keterbatasan maupun pahit-manis kehidupan yang kami harus hadapi)