Renungan Pagi 23 Februari 2019
GB 272 : 1 – Berdoa
1 Samuel 17 : 20 – 30
“Ia berani mencemoohkan barisan daripada Allah yang hidup?” (ay.26b)
Kadangkala kita memandang seseorang dari penampilannya, dari cara berpakaian, berbicara dan bahasa tubuh. Kita cenderung kurang menghargai orang yang tampil sederhana, seorang petani, gembala atau buruh. Sebaliknya kita akan berlaku hormat dan segan kepada orang yang berperawakan tinggi, gagah dan kekar atau yang memiliki posisi penting di kantor atau di masyarakat.
Nas perikop yang kita baca pagi ini bisa membuktikan pemikiran ini. Kisah tentang dua bangsa yang saling berhadap-hadapan dalam perang. Bangsa Filistin yang memiliki perlengkapan perang yang kuat dan Bangsa Israel yang sedang mengatur kehidupannya di pemukiman baru tanpa persenjataan yang memadai.
Barisan tentara yang satu menampilkan pendekarnya yang tubuh besar dan kekar, diperlengkapi dengan peralatan perang yang hebat, sedangkan yang lain masih mengatur barisannya Daud maju dalam kepercayaan diri yang tinggi. Selain memiliki pengalaman sebagai gembala yang berani menantang binatang buas (17:34-37) ia juga diperlengkapi Roh Allah (1 Sam. 6:13). Sepintas lalu ditinjau dari penampilan, Daud, mestinya kalah. Terlalu riskan bagi dirinya menghadapi pendekat Filistin, Goliat. Namun ditinjau dari pengalaman sebagai gembala dan perlengkapan Roh Tuhan, buktinya terbalik, sang pendekar Goliat bertekuk lutut kalah (ayat 50).
Dunia manusia telah banyak berubah. Namun misi Allah yang sama tetap menuntun Gereja, untuk terus bergumul dan berharap hanya kepadaNya. Yang dibutuhkan gereja dewasa ini hadirnya para gembala yan berpenampilan sederhana, memiliki pengalaman dan disertai Roh Allah untuk berkiprah mengalahkan para pendekar dunia dengan kuasa dan kepongahannya.
GB 272 : 3
Doa : (Tuhan, berbicaralah kepada kami untuk selalu ingat akan tugas pengabdian kami baik di rumah, maupun dalam persekutuan Jemaat)