Renungan Malam 5 Maret 2019

KJ 258:1 – Berdoa

Keluaran 18:12
… mempersembahkan korban bakaran dan beberapa korban sembelihan bagi Allah (ay 12)

Tidak jelas untuk maksud apakah Yitro, mertua Musa, imam Midian itu, mempersembahkan korban bagi Tuhan. Ada dua kemungkinan, yaitu: 1) sebagai ungkapan syukur bagi Tuhan, sebab la telah menyelarnatkan umat Israel dari tangan Mesir dan Firaun; dan 2) sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan bahwa dia masih bisa bertemu dengan Musa, menantunya. la mengundang Harun (abangnya Musa) dan para tua-tua untuk ikut makan bersarna-sama di hadapan Allah.

Apa yang dilakukan oleh Yitro adalah suatu ritual adat yang berlaku di masyarakatpadang gurun pada zarnan itu. Apakah umat lsraei yang meniru ritual itu dari bangsa Midian, ataukah bangsa Midian yang meniru dari orang Israel, khususnya dari Abram, kita tidak tahu. Tidak usah kita malu bahwa umat Israel dan gereja meniru kebiasaan bangsa/suku lain. Contoh di Indonesia iaiah ibadah syukuran 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan 1000 hari sesudah meninggal, bukanlah asii kristen, namun hingga kini masih ada orang kristen melakukannya.

Bagaimana pun pemahaman kita tentang ayat yang satu ini jangan melupakan pesannya, yaitu: gereja yakin bahwa Allah turut bekerja di dalam segala sesuatu (lihat Roma 8:28). Oleh sebab itu. Paulus menasihati Jemaat di Tesalonika agar mereka mengucap syukur dalam segala hal. itulah kehendak Kristus bagi klta (1 Tes 5:18). Ketika Yitro mensyukuri sesuatu, maka ia mempersembahan korban kepada Tuhan dan mengadakan jamuan persekutuan kasih dalam suatu persekutuan. Jamuan persekutuan kasih menjadi salah satu yang penting membangun persaudaraan dan persekutuan jemaat, khususnya di GPIB yang anggotanya beranekaragam. Renungkanlah: masihkah kita tega menyakiti sesarna warga jemaat, sementara kita sudah pernah makan dan rninurn bersarna dalam jamuan syukur di rumahnya dan sebaliknya?

KJ.256 : 3

Doa: (Ya Tuhan, teguhkanlah iman percaya kami untuk tetap bersyukur)