Renungan Pagi 16 Maret 2019
KJ.144a : 1 – Berdoa
2 Timotius 4 : 17 – 18
Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat… (ay.18)
Suatu ketika keponakan yang berumur 1 tahun tiba-tiba terbangun dan menangis sejadi-jadinya karena mengira bahwa ia tertidur tanpa seorang pun berada di dekatnya. Namun tangisannya itu segera mereda begitu ia mendengar suara dan memandang wajah sang ibu di sampingnya. Pernahkah Saudara mengalami perasaan seperti keponakan saya itu? Perasaan takut sendirian, kesepian tanpa berkawan, atau tidak dipedulikan? Ya,perasaan-perasaan demikian memang dapat muncul ketika kita mengalami pergumulan dan tekanan hidup yang berat.
Sebagai manusia, Rasul Paulus pun pernah merasakan pahitnya ditinggalkan, baik oleh rekan-rekan sejawat maupun oleh jemaat Kristen yang dilayaninya. Paulus bersaksi dalam suratnya kepada Timotius, bahwa tidak ada seorang pun yang mendampinginya pada saat sidang pembelaannya yang pertama (ay.16). Mengapa demikian?
Pertama, barangkali karena mereka berada sangat jauh dari kota Roma di mana Paulus dipenjarakan dan menjalani proses pengadilan. Kedua, barangkali karena mereka sibuk mengurus keluarga, pekerjaan dan pelayanan mereka masing-masing. Ketiga, barangkali karena mereka merasa takut akan mengalami situasi yang sama seperti Paulus jika mereka menunjukkan kepedulian dan keberpihakan mereka secara terbuka. Ya, semua alasan itu dapat saja benar. Meski demikian Paulus tidak mau Iarut dalam rasa kecewa apalagi menyalahkan orang lain. Sebaliknya, la memilih untuk menghadapi segala risiko sebagai pengikut Yesus dan pemberita lnjil dengan tegar dan berani. la yakin bahwa Tuhan selalu mendampingi bahkan sanggup melepaskannya dari segala jerat, termasuk maut!
Dari kesaksian Paulus dalam surat 2 Timotius ini, kita diingatkan 2 hal penting. Pertama, bahwa Allah peduli dan mengerti setiap pergumulan yang kita hadapi. la tidak pernah membiarkan apalagi meninggalkan kita sendirian. la tahu kelemahan dan ketakutan kita. Karena itu, la ada beserta kita seperti seorang ibu yang menjaga dan mendampingi anaknya! Kedua, tantangan dan pergumulan hendaknya dihadapi bukan dengan keluhan yang justru membuat kita semakin merasa tertekan, melainkan dengan penyerahan diri kepada Tuhan. Dengan clemikian, kita mampu bersukacita bahkan bersyukur kepada Allah dalam segala keadaan. Saudaraku, marilah kita jalani hari ini. Apapun yang terjadi, percayalah Tuhan setia mendampingi kita.
KJ.144a : 3
Doa : (Ya Tuhan, jangan biarkan aku tawar hati ketika ditinggalkan seorang diri. Tetapi ajarlah aku untuk percaya akan kuasa dan kasih-Mu yang besar)