Renungan Malam 26 Maret 2019

KJ.358 : 1 – Berdoa

“…..jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh?” (ay.16)

Saudara-saudara, setelah Paulus menjelaskan tentang rupa-rupa karunia tapi satu Roh, kini Paulus menjelaskan juga tentang banyak anggota tapi satu tubuh. Kesadaran bahwa setiap orang memiliki keterbatasan merupakan hal yang positif. Artinya mengakui keterbatasan diri merupakan ekspresi kerendahan hati yang sangat dibutuhkan dalam persekutuan. Melalui kesadaran diri ini, maka seseorang menjadi terbuka untuk mengakui perannya yang dilengkapi oleh peran orang Iain. Simpul-simpul yang terkait satu dengan lain merupakan perhatian Paulus agar jemaat di Korintus dan sekarang menjadi jemaat yang utuh dalam ikatan yang membebaskan. Hanya dengan mengakui keterbatasan diri sendiri sebagai anggota tubuh, maka terbukalah pengakuan bahwa anggota tubuh yang lain tidak kalah penting.

Sayangnya pengaruh masa kini yang cenderung mengabaikan peran orang lain telah menjadi belenggu karena kesombongan. Belenggu demikian akan mengikis arti sebuah persekutuan, sebab hidup berorientasi pada diri sendiri. Padahal pada dasarnya setiap anggota tubuh memiliki peran sendiri dan tidak bisa mengambil alih peran anggota tubuh yang lain. Mata hanya berfungsi untuk melihat, sehingga kaki atau tangan dapat beraktifitas tanpa halangan. Namun, mata tidak bisa berdiri sendiri sebab ada hidung yang mencium bau harum. Dengan kesadaran demikian, maka hendak disampaikan kepada kita bahwa pergunakan kesempatan anugerah Tuhan untuk terus menjadi berkat bagi sesama, sebab kitapun menerima berkat dari sesama. Kesadaran demikian akan menolong kita memahami bahwa potensi yang kita miliki hanya berarti dalam kebersamaan dengan potensi orang lain.

KJ.358 : 3

Doa : (Tuhan, berilah kami pengertian bahwa diri kami berarti dalam perjumpaan dengan sesama)