Renungan Malam 2 April 2019
KJ.363 : 1,2 – Berdoa
Roma 12 : 1 – 8
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati (ay. 1)
“Amanat pengutusan dalam ibadah-ibadah GPIB, tidak jelas!” begitu pernyataan seseorang dalam suatu kegiatan pembinaan jemaat. Benerkah demikian?
Rumpun-rumpun ibadah yang digunakan dalam ibadah GPIB bukanlah sekedar uraian dan kumpulan kalimat yang terangkai dengan baik. Sebaliknya, sebagai Gereja, GPIB dalam perjalanan pemikiran dan pergumulan teologis, terus mengumuli rumusan-rumusan yang digunakan dalam ibadah-ibadah. Pertama, amanat pengutusan dalam tata ibadah yang berlaku justru dibangun karena dasar Alkitabiah sebagaimana Rasul Paulus sampaikan dalam Roma pasal 12 ini bahwa ibadah pagi orang percaya tidak berhenti dalam ruang dan waktu ibadah ritual! Melainkan ibadah ritual menjadi dasar dan dilanjutkan dalam ruang dan waktu ibadah aktual, yaitu kesaksian hidup sesehari. Kedua, amanat pengutusan dirumuskan dengan pertimbangan konteks jemaat GPIB yang beragam, mulai dari kota Megapolitan sampai dengan ke daerah terpencil, terluar dan di pedalaman; sangat kaya ruang dan waktu ibadah aktual dari jemaat GPIB.
GPIB sebagai gereja mengutus seluruh warga jemaatnya untuk melanjutkan hidup beribadahnya di ruang keluarga, di ruang sekolah/kampus, di ruang pekerjaan/usaha, di ruang pergaulan/di tengah masyarakat. Seluruh warga jemaat diutus menjadi jemaat misioner yang membangun ibadah bukan hanya di dalam ruang dan tembok gedung gereja; melainkan lebih dari itu, jemaat juga mau membangun ibadah aktualnya dalam rumah besar Indonesia.
KJ. 363 : 3,4
Doa : (Ya TUHAN, terimalah hidup kami ini sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada-Mu)