Renungan Pagi 05 Agustus 2019
KJ.424 : 1 – Berdoa
Ayub 4 : 1 – 11
Bukankah takut akan Allah yang menjadi sandaranmu dan kesalahan hidupmu menjadi pengharapanmu? (ay.6)
Dalam pasal 3 yang mendahului perikop kita, Ayub berkeluh kesah, bahwa hidup ini tidak selalu adil. Orang yang bersandar pada Tuhan dan hidup dalam kesalehan ditimpa kesulitan. Sementara orang lain yang tidak menjadikan Tuhan sebagai sandaran dan tidak hidup saleh, ternyata baik-baik saja tanpa penderitaan. Orang yang takut akan Allah, yang hidup saleh, yang mengajar orang lain untuk hidup dalam takut akan Allah… bisa mengalami penderitaan yang bukan hanya mengakibatkan kesengsaraan, akan tetapi juga memalukan. Terhadap kenyataan inilah Elifas menegur Ayub yang berkeluh kesah.
Salah satu godaan dalam hidup beriman adalah pandangan bahwa ketika kita hidup menurut kehendak Allah, pergumulan tidak akan singgah dalam kehidupan kita. Ini jelas keliru. Sebab hadir dalam dunia ini sudah berarti hadir dalam kompleksitas pergumulan. Yang menjadi masalah adalah apakah Tuhan hadir menemani kita, apakah Tuhan memegang tangan kita, baik dalam suasana yang penuh berkat, maupun dalam suasana yang penuh pergumulan. Belajar dari Ayub kita tahu bahwa orang yang menjalani kehidupan dalam penyertaan Tuhan, akan menaikkan syukur dan mazmur ketika beroleh berkat tanpa pernah jadi takabur. Pada sisi lain, seberat beratnya pergumulan, tidak akan membuat kita mengumpat dan mempersoalkan keadilan Tuhan, yang membuat kita justru menjadi goyah dalam iman. Ini prinsip hidup orang beriman.
Tuhan membuka pagi baru bagi kita, agar kita bisa menjalani hidup hari ini dalam prinsip iman. Bahwa berkat Tuhan sepanjang hari ini tidak akan membuat kita takabur. Seberat apapun tantangan yang kita hadapi hari ini tidak akan membuat iman kita luntur. Begitulah mestinya kita memberlakukan iman dalam kenyataan kehidupan.
KJ. 424 : 3
Doa : (Temanilah daku sepanjang hari ini Tuhan agar setiap kata dan perilaku-ku mencerminkan penyertaan dan kebaikan Tuhan)