Renungan Malam 6 Agustus 2019

KJ 26 : 1 – Berdoa

Ayub 6 : 8 – 13
Itulah yang masih merupakan hiburan bagi-ku; bahkan aku akan melompat-lompat kegirangan diwaktu kepedihan yang tak kenal belas kasihan; sebab aku tak pernah menyangkal firman Yang Mahakudus. (ay.10)

Kekhasan Ayub adalah, sekalipun dia sadar bahwa Tuhan mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada dirinya, namun dia tidak pernah menyalahkan Tuhan. Istrinya kecewa dan menyuruh dia meninggalkan Tuhan (2:9). Teman-temannya mengatakan bahwa dia sedang mengalami hukuman Tuhan. Tapi Ayub tidak pernah menyalahkan Tuhan. Bagi Ayub, soal prinsipnya bukanlah lepas dari penderitaan fisik. Soal prinsipnya adalah apakah kita mengerti makna dari penderitaan itu sendiri bagi kehidupan kita. Dalam prinsip inilah Ayub mampu melihat penyertaan Tuhan, juga ketika dia menderita. Oleh sebab itu Ayub telah bertahan dalam mem-percayakan diri kepada Tuhan dan tidak pernah mau menyangkal Firman Tuhan.

Memahami makna kehidupan adalah sangat penting, karena merupakan pegangan spiritual dan sekaligus filosofis dalam kita menjalani hari-hari kehidupann yang tersisa. Setiap orang yang telah memahami makna kehidupannya akan mampu merasakan sukacita dalam jiwa sekalipun ditengah kepedihan. Dalam pemahaman ini kita tahu bahwa Tuhan tidak pernah merancang yang buruk bagi orang-orang yang percaya melanda kehidupan orang percaya, kita akan terus berjalan bersama Tuhan. Bersama Tuhan kita kelak akan mengalami bahwa pergumulan kita merupakan cerita masa lalu. Pengharapan dan sukacita dalam Tuhan adalah cerita tentang masa depan.

Tiap kita pasti pernah punya pergumulan dan mengalami kepedihan. Tapi orang yang mengandalkan Tuhan akan tetap memiliki sukacita dalam jiwa, sekalipun kepedihan datang tanpa belas kasihan. Mereka yang mengandalkan Tuhan akan melewati seluruh keluh dan gumul tanpa pernah meninggalkan Firman Tuhan. Ayub sudah menjalani hari-hari kehidupannya secara demikian; maka dengan mencontoh dari kehidupan Ayub, kita juga pasti bisa!

KJ 26 : 4

Doa : (Terimakasih Bapa, Engkau selalu bersedia memperhatikan diri-ku tanpa pernah alpa)