Renungan Malam 7 Agustus 2019

KJ.438 : 1 – Berdoa

Ayub 8 : 8 – 19
… Maka lenyaplah harapan orang fisik… yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba. (ay.13.b – 14)

Latar belakang komentar Bildad adalah bahwa Ayub pasti melupakan Tuhan ketika hidupnya senang. Ini kelakuan orang fasik. Namun apa yang diandalkan orang fasik, seperti harta dan kuasa disamakan hanya dengan benang laba-laba. Dan apa yang dipercaya oleh orang fasik sebagai yang jadi penjamin keberuntungan, dipandang serapuh sarang laba-laba. Kata-kata ini sesungguhnya berlaku bukan hanya bagi Ayub, melainkan juga bagi semua orang.
Manusia selalu cenderung untuk mengejar harta dan kuasa dengan berbagai cara. Ada yang mengejar harta agar bisa berkuasa. Ada yang mengejar kuasa agar melaluinya mnedapat harta. Bildad mengumpulkan dua hal ini masing-masing dengan benang laba-laba dan sarang laba-laba. Siapapun yang mengenal laba-laba pasti menyadari bahwa benang laba-laba dan jaring laba-laba, mungkin kelihatannya bagus, rapi tersusun, namun teramat sangat rapuh. Laba-laba yang menyerap pada sarangnya memang tidak jatuh. Tapi kita semua tahu bahwa laba-laba itu menyerap pada benang, dan tinggal pada sarang yang sangat rapuh.
Ketika malam telah menjadi bagian kita, adalah bijaksana untuk bertanya tentang makna hari ini bagi kita. Apakah kita bekerja dan berupaya untuk menggapai berkat Tuhan, ataukah -sebagaimana yang dicontohkan Bildad -hanya mencari benang laba-laba atau sarang laba-laba. Maka andalkanlah Tuhan, jangan andalkan harta dan kuasa. Masukilah istirahat malam ini dengan keyakinan bahwa Tuhan mengawal semua berkat yang diberikan-Nya kepada kita, karena Tuhan inginkan agar kita menjadi berkat juga bagi sesama kita.

KJ.438 : 2

Doa : (Tuhan, Engkau saja andalanku. Semua yang lain yang aku miliki hanyalah anugerah-Mu)