Renungan Pagi 10 Agustus 2019
KJ.383 : 1 – Berdoa
Ayub 15 : 17 – 25
Orang fasik menggeletar sepanjang hidupnya, demikian juga orang lalim selama tahun-
tahun yang disediakan baginya (ay.20)
Istilah fasik menunjuk kepada dua sifat khas yakni tidak takut akan Tuhan, dan sama
sekali tidak punya respek terhadap sesamanya. Mereka melawan semua hukum Tuhan
dan juga semua hukum kemanusiaan. Istilah lalim menunjuk pada sifat-sifat kejam
dicampur dengan ketidak adilan dan kekerasan untuk mewujudkan kemauan sendiri
tidak peduli kalau itu makan korban orang lain. Sekarang bisa kita bayangkan suatu
masyarakat dan bangga menjadi musuh orang benar.
Ketika Ayub mempersoalkan keadilan Allah, Elifas menceritakan kepada Ayub tentang
apa yang dilihatnya (17). Yang dilihat Elifas adalah orang fasik dan orang lalim
menggeletar sepanjang hari-hari hidup mereka. Memang untuk sesaat kelihatannya
mereka hebat dan memakan korban sesama. Akan tetapi sisa jalan hidup mereka akan
dipenuhi penderitaan. Mereka akan menggeletar Karena harus memberi pertanggung-
jawaban atas ulah mereka yang mendatangkan bencana bagi orang lain. Jadi Ayub
tidak usah mempersoalkan keadilan Allah. Sebab memang tidak seorangpun bisa lepas
dari keadilan ilahi.
Ketika menghadapi pergumulan hidup, kita sering jatuh dalam godaan seperti Ayub.
Kita mempersoalkan keadilan Allah. Sebab ada orang yang jelas-jelas kita tahu tentang
hidupnya rusak, sepertinya enak dan santai saja. Sementara kita yang berusaha untuk
setia dan saleh malahan sering disinggahi pergumulan. Mereka yang fasik dan lalim
sepertinya senyum menertawai kita. Namun Tuhan tidak tidur. Mereka yang fasik dan
lalim pasti akan menerima akibatnya. Tuhan sudah menentukan waktu, tempat dan
caranya. Maka tidak usah cemburu menghadapi kenyataan kehidupan yang tidak
seimbang. Ada Tuhan, dan Tuhan tidak tidur!.
KJ. 383 : 2
Doa : (Ampuni kelemahan anak-Mu ini Tuhan karena sempat mempersoalkan keadilan
ilahi)