Renungan Malam 21 Agustus 2019
GB.222 : 1,2 – Berdoa
Nehemia 5 : 1 – 13
Berkatalah aku kepada mereka : kami selalu berusaha sedapat-dapatnya untuk menebus sesama orang Yahudi yang dijual kepada bangsa-bangsa lain. Tetapi kamu ini justru menjual saudara-saudaramu, supaya mereka dibeli lagi oleh kami…Kataku : tidaklah patut apa yang kamu lakukan itu! Bukankah kamu harus berlaku dengan takut akan Allah kita untuk …” (ay.8-9)
Kehidupan orang yahudi masa Nehemia bertubi-tubi mengalami tekanan. Pertama, tekanan dari luar terhadap pembangunan tembol Yerusalem, walaupun raja Arthasasta mengijinkannya. Kedua, tekanan datang dari dalam bangsa itu sendiri. Para rentenir dan orang kaya yang memeras rakyat. Kemiskinan melanda masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, mereka harus mengadaikan ladang, kebun anggur, rumah dan menjual anak-anaknya menjadi budak (ay.2-3). Untuk membayar pajak kepada raja, mereka terpaksa meminjam uang rentenir sehingga hidup mereka dilili utang (ay 4-5)
Sebagai Bupati kepemimpinan Nehemia membawa harapan baru. Ada beberapa kebijakan yang dikeluarkan Nehemia, Pertama, ia mengajak para pemuka dang penguasa Yahudi untuk mengadakan penghapusan utang sebagai kesepakatan bersama (ay 7-10). Kedua, tanah pusaka yang dirampas harus dikembalikan kepada pemilik semula (ay.11). Ketiga, mereka diminta berjanji dan berkomitmen untuk tidak melakukan tuntutan apa pun terhadap orang yang berutang (ay.12). Pembelaan terhadap warga miskin inilah yang dilakukan Nehemia sebagai bupati di Yehuda (ay.14). Modal dasar Nehemia yang membawanya kepada keberhasilan adalah takut akan Tuhan. Kepercayaan itulah yang dijaga dan terus dipelihara sebagai pemimpin bangsa.
Dari cerita ini ada pelajaran yang dapat kita jadikan sebagai teladan dalam kepemimpinan. Ada dua pilihan dalam “kepemimpinan”. Pertama, tergoda untuk melayani diri sendiri atau kedua, memanfaatkan kesempatan untuk melayani orang-orang yang dipimpin. Nehemia memilih untuk menjadi pemimpin yang melayani, dan itu membuatnya lebih dihormati. Jika Tuhan menempatkan kita sebagai pemimpin, mimtalah pertolongan-Nya. Kepemimpinan yang melayani harus dimulai dari keluarga dengan perilaku yang melindungi dengan penuh kasih. Semuanya dilakukan dalam ketaatan kepada Tuhan, Sang Gembala Agung itu.
GB.120 : 2,3
Doa : (Ya Tuhan ditengah tantangan ajarlah kami tetap berdoa dan bekerja sehingga menjadi contoh yang baik)