Renungan Pagi 03 September 2019

GB.284 : 1,2 – Berdoa

Mazmur 37 : 1 – 6
“…Jangan iri hati pada orang yang berbuat curang…” (ay. 18)

Pernahkah kita merasa iri kepada mereka yang gampang mendapatkan segala sesuatu, meski hidupnya tidak baik? Pernahkah kita iri kepada orang lain yang cepat naik pangkat hanya karena ia memiliki koneksi, padahal kinerjanya tidak lebih baik daripada kita? Pernahkah kita iri kepada para koruptor yang uangnya banyak dan tidak mungkin uang sebanyak itu dapat kita peroleh saat pensiun? Sepertinya Tuhan tidak memperdulikan Dan menghukum mereka yang jahat. Apa benar Tuhan membiarkan orang baik menderita dan membebaskan orang yang jahat? Lalu apa yang harus kita lakukan menghadapi situasi ini?

Pemazmur memberikan dorongan bagi mereka yang hidup ditengah-tengah orang yang jahat yang hidupnya makmur, yakni dengan perintah jangan gusar. Ya, jangan jadi gusar ketika kita mendapati ada orang yang kelakuannya jahat dan hidupnya sejahtera seperti dikatakan Daud, “Jangan marah Karena orang yang berbuat jahat, jangan iri kepada orang yang berbuat curang.” Tuhan adalah Allah yang adil. Ia akan bertindak menghukum orang fasik dan membela orang benar.

Ibarat syair pujangga Jawa, Saiki jamane jaman edan, yen ora melu edan ora keduman, yang artinya ‘sekarang ini zamannya zaman edan kalau nggak ikutan edan enggak dapat bagian’. Situasi ini membuat banyak masyarakat yang larut dalam budaya ini berusaha memperoleh keuntungan. Syair tersebut sebenarnya Masih memiliki kelanjutannya, Sak bejo bejane wong kang lali, luwih bejo wong kang eling lan waspodo, yang artinya ‘sebesar apapun untungnya orang yang lupa diri, Masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada’. Mereka yang selalu ingat menjaga diri dan waspada’ yang akan selamat, sebab cepat atau lambat untuk setiap tindakan ketidakbenaran pasti mendatangkan penghukuman Tuhan.

GB.284 : 3

Doa : (Bapa tuntun kami untuk taat dan setia akan kebenaran dan titah-Mu)