Renungan Pagi 07 September 2019
GB.185 : 1 – Berdoa
Ayub 26 : 1 – 4
“Atas anjuran siapakh engkau mengucaokan perkataan-perkataan itu…” (ay.4)
Ernagkah anda mengalami musibah dan kemudian dipermasalahkan karena mengalaminya? Mungkin orang menuduh bahwa musibah itu terjadi sebab disa kita. Atau, mungkin penderitaan yang anda alami disebabkan oleh kelalaian anda menjadi saluran berkat bagi kaum papa. Apa yang harus kita lakukan saat menderita dan mengalami teguran serta tuduhan demikian? Ayub pernah mengalami keadaan yang serupa.
Kisah Ayub terjadi pada masa di mana dalil Deuteronomi berlaku, “kalau kita taat pada berkat, kalau kita murtad pada laknat”. Ayub mengerti bahwa kejahatan pasti beroleh hukuman setimpal, tetapi bagaimana dengan dirinya saat itu? Ayub mengalami penderitaan yang berat, padahal ia tidak melakukan perbuatan tercela. Ayub tidak dapat memahaminya. Jawaban Bildad kepada Ayub sungguh merendahkan. Ayub, engkau terlalu remeh bagi Allah untuk mendapat perintah-Nya. Bagi-Nya, engkau layaknya seperti berenga atau ulat bangkai ataupun ulat kecil (Ayub 25:6). Ayub memprotes ‘penghiburan’ yang dilakukan Bildad! Ayub menjawab :”Alangkah bainya bantuanmu kepada yang tidak kuat, dan pertolonganmu terhadap lengan yang tidak berdaya! Alangkah baiknya nasihatmu kepada orang yang tidak memiliki hikmat, dan pengertian yang kau ajarkan dengan limpahnya! Atas anjuran siapakah engkau mengucapkan perkataan-perkataan itu, dan gagasan siapakah yang kau tanyakan?” Ayub sedang bertanya : “Bildad, engkau berbicara atas gagasan siapa?
Penting bagi kita memperhatikan bagaimana mengucapkan kata-kata penghiburan bagi orang yang tertimpa musibah dan memohon tuntunan Allah tentang hal-hal apa yang hendak kita ucapkan. Orang yang menderita memerlukan penghiburan, dan bukan penghinaan. Tetapi sebaliknya, kita harus tetap menyatakan pengampunan dan belas kasihan. Sebagai pembawa damai tugas kita adalah merestorasi atau memulihkan dan bukan menghakimi.
GB.185: 2
Doa : (Ya Bapa, apapun yang terjadi dalam kehidupan kami, ajar kami agar selalu intropeksi diri dan tidak menghakimi)