Renungan Malam 7 September 2019

GB.22 – Berdoa

Ayub 26 : 5 – 14
“ …Siapa dapat memahami guntur kuasa-Nya?” (ay.14b)

Pada bagian kedua, tampak bahwa melalui perenungannya tentang kuasa Allah atas semua ciptaan, Ayub mencoba menjernihkan pemikiran Bildad tentang bagaimana Allah sebenarnya. Pemikiran Ayub tentang Allah terwujud dari hubungan persekutuan Ayub yang erat dengan Allah. Tanpa hal itu, manusia bisa terjebak pada pemahaman yang keliru tentang Allah. Ayub mendasarkan pemahamannya tentang Allah melalui pengalaman penderitaannya. Buktinya Ayub mampu mengungkapkan suatu pemahamannya akan ke Mahabesaran-Nya (ayat 14b).

Ayub terus belajar mendengar panggilan Allah sebagai petunjuk membina persekutuan dengan-Nya. Dia tidak bisa dicari dengan ilmu pengetahuan mutakhir ataupun ilmu teologi yang ‘tinggi’. Sebaliknya, kita justru dapat mengerti bagaimana Allah sebenarnya melalui pergumulan hidup, dalam keterbatasan dan ketidakmampuan seseorang, Tuhan selalu ada menolong, ketika kita berharap meminta pertolongan atas kelemahan yang ada, Tuhan selalu menolong hidup kita. Gambaran dari kehidupan di balik segala sesuatu yang Tuhan perkenankan terjadi. Segala sesuatu tunduk di dalam kuasa-Nya tidak ada satupun yang luput dari pandangan dan diluar kendali-Nya [ayat 6-10].

Ayub mengerti bahwa Allah adalah pribadi yang Maha Kuasa, dan di dalam hikmat-Nya yang tak terbantahkan dan tak terselami itu, Allah mengijinkan Ayub mengalami penderitaan. Meskipun Ayub merasa tidak mendapat perhatian dari Allah, namun di dalam keputus-asaan itu, Ayub tidak mengutuki Allah ataupun bertindak seolah-olah tidak ada Allah. Ayub tetap bertekad untuk bersandar pada sikap hidup benar, karena ia percaya bahwa itu adalah hal yang harus dilakukannya. Percayalah bahwa di balik penderitaan dan pergumulan tersembunyi rancangan damai sejahtera-Nya.

GB.22

Doa : (Ya Bapa yang Maha Besar, begitu dalam dan besarnya karya-Mu dalam hidup kami, mampukan kami dapat menghayatinya)