Renungan Pagi 18 September 2019

KJ.427 : 1 – Berdoa

Yakobus 3 : 1 – 6
Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecil api, ia dapat membakar hutan yang besar.” (ay.5)

Arti peribahasa ‘mulutmu adalah harimaumu’ adalah apa yang kita katakan dengan mulut kita dapat berbalik menyerang kita. Oleh sebab itu, kita mesti berhati-hati dengan ucapan mulut kita.

Dalam persekutuan jemaat Kristen di perantauan, guru adalah jabatan terpandang dan terhormat; sebagai pengajar firman Tuhan. Hal ini menarik perhatian, sehingga banyak orang ingin menjadi guru. Mereka ingin memiliki hidup terhormat dengan menjadi guru, meskipun tidak memiliki kompentensi sebagai guru. Penulis surat Yakobus mengingatkan agar jangan banyak orang menjadi guru. Selain tidak mudah menajdi guru/pengajar firman Tuhan; juga ada hukum yang telah diketahui bahwa jika seorang guru salah mengajar firman Tuhan, maka ia akan dihakimi dengan ukuran lebih berat. Orang yang tidak memiliki kompentensi sebagai guru akan bertindak menggurui, mengkritik, menyalahkan dan menghakimi orang lain dengan perkataannya. Itu sebabnya penulis mengingatkan bahwa semua orang bersalah dalam perkataan karena belum bisa mengendalikan lidahnya. Lidah seperti tali kekang pada kuda; lidah seperti kemudi pada kapal; lidah seperi api. Efek lidah atau perkataan yang kasar, kotor, sembrono, mengkritik, menghakimi dan menyerang orang lain, tidak hanya menyakiti dan melukai tubuh dan hati mereka, tetapi juga menyakiti hati kita; membuat tubuh kita makin liar, tenggelam dan terbakar. Oleh sebab itu, kita mesti berhikmat dalam mengeluarkan perkataan.

Di era informasi dan komunikasi yang berkembang ini banyak kabar hoax dan ajaran sesat kian beredar. Orang tua mesti menjadi pengajar firman Tuhan yang baik bagi anak-anaknya, agar mereka bertumbuh dalam firman Tuhan. Para pelayan di jemaat juga mesti meningkatkan kompentensi dan kualitas dalam hal mengajar dan memberitakan firman Tuhan. Jika tidak, pengajarannya akan berulang dan terkesan menggurui, menghakimi, membosankan. Jemaat tidak bertumbuh.

KJ.427 : 2

Doa : (Tuhan, ajar kami agar tidak asal berkata dan mengejar firman-Mu.)