Renungan Pagi 19 September 2019
KJ.460 : 1,2 – Berdoa
Yakobus 3 : 13 – 16
Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan. (ay.15)
Hikmat (Ibr. ‘hokmah’; Yun. ‘sofia’) adalah suatu pengertian mendalam tentang seorang atau suatu kejadian serta kemampuan menerapkan penilaian dan tindakan tepat demi kebaikan dan kesejahteraan bersama.
Penulis Yakobus membedakan dua jenis hikmat: hikmat dari atas dan hikmat dari dunia, manusia dan setan-setan (ay.15). Hikmat dari atas, artinya dari Tuhan. Tuhan memberikan hikmat kepada orang yang memintanya dengan iman, tanpa ragu (1:5-6). Hikmat dari Tuhan sangat dibutuhkan dalam perilaku hidup sehari-hari ditengah pergumulan dan tantangan yang dihadapi orang percaya.
Banyak orang ingin menjadi guru agar dipandang dan dihormati sebagai orang bijak dan berbudi. Tetapi ia tidak meminta hikmat dari Tuhan. Itu berarti mereka lebih mengandalkan hikmat dari dunia. Namun, cara hidup dan perilakunya tidak mencerminkan hal tersebut. Hikmat dari atas akan membuat seseorang bersikap dan bertindak sesuai karakter Kristus, yaitu penuh kelemahlembutan dan kasih. Sedangkan mereka yang menyebut dirinya bijak dan berbudi selalu dipenuhi perasaan iri hati, mementingkan diri, bermegah dan berdusta melawan kebenaran. Pikiran, hati, tutur dan tindakan mereka sangat dikuasai oleh pola hidup dunia, hawa nafsu manusia dan roh setan-setan. Sehingga yang mereka hasilkan dalam kehidupan sehari-hari adalah segala macam perbuatan jahat, perselisihan dan kekacauan.
Memulai aktifitas di hari ini, mari kita meminta hikmat dari Tuhan. Jangan beri kesempatan dipengaruhi dan dikuasai oleh hikmat dari bawah; hawa nafsu manusiawi dan setan-setan. Buang iri hati, kepentingan diri dan jangan berdusta melawan kebenaran. Sebab hal-hal tersebut hanya akan melahirkan berbagai kejahatan, perselisihan dan kekacauan. Tampilkan karakter Kristus, yaitu kelemahlembutan dan kasih.
KJ.460 : 3
Doa : (Tuhan, ajar kami agar hanya hikmat-Mu menguasai diri kami)