Renungan Pagi 30 September 2019
GB.215 : 1 – berdoa
Yakobus 5 : 7 – 8
Karena itu, bersabarlah sampai kepada kedatangan Tuhan! (ay.7)
Sudah miskin harta lalu diberlakukan sewenang-wenang, tentu ini menjadi kenyataan hidup yang tidak menyenangkan. Tetapi jika kenyataan itu terjadi pada kita, bagaimana kita menyikapinya? Pertanyaan ini dijawab oleh penulis Yakobus dalam suratnya dengan seruan, “bersabarlah !!”. Ya benar, bersabar.
Bersabar artinya tidak menjadi cepat marah lalu berontak “membabibuta”; juga tidak membuat kita menjadi iri hati terhadap orang kaya. Bersabar artinya mau menerima kenyataan itu secara iklas. Iklas bukan berarti harus bersikap pasif atau diam saja. Iklas artinya mau menerima kenyataan dengan berbesar hati. Tetapi juga tidak kehilangan semangat juang – untuk merubah kenyataan hidup kearah yang lebih baik. Iklas bukan menjadi malas. Tentu perjuangan yang harus kita buat dengan cara-cara yang baik dan benar. Kesabaran seperti itu oleh Yakobus digambarkan seperti kesabaran seorang petani. Ya !!, seorang petani yang akan menuai hasil tanamannya harus dengan hati yang penuh kesabaran. Perjuangannya dimulai dari menanam, kemudian membersihkan rumput-rumput disekitar tanaman, agar tidak menganggu pertumbuhan tanaman. Selain itu juga harus siap menghadapi berbagai musim; dari curah hujan musim gugur hingga curah hujan musim semi (7). Proses pembuahan dituaian yang berharga sangat mahal itu (7).
Adapun yang menjadi dasar atau pegangan kita untuk bersabar adalah Tuhan Yesus sendiri. Sebab Dialah yang mengendalikan musim, yang menyuburkan tanah dan yang meneguhkan kesabaran setiap orang percaya. Ia akan segera datang (8) untuk memperbaiki kenyataan hidup kearah yang baik sesuai dengan kehendak-Nya. Ia akan mensejahterakan setiap orang yang setia berharap dan melakukan kehendak-Nya.
GB.215 : 2
Doa : (Ya Tuhan berilah kekuatan kami untuk bersabar dan mengendalikan diri. Sehingga kehadiran dan sikap kami akan menyatakan kebaikan-Mu kepada sesama)