Renungan Pagi 15 Oktober 2019
GB. 245 : 1 – Berdoa
Markus 7 : 17 – 23
…“Apa yang keluar dari seorang, itulah yang menajiskannya, (ay.20)
Persoalan najis dan tidak najis dalam tata cara makan dan minum sudah lama dan tidak hanya menjadi persoalan kesehatan dan sisiologis semata, tetapi teologis-keagamaan. Kenajisan dijadikan factor pembeda yang menunjukkan seseorang itu beriman atau tidak beriman, saleh atau tidak saleh dan orang rohani atau orang duniawi. Yang najis adalah mereka yang tidak menghormati nenek moyang, karena tidak membasuk tangan saat makan, tidak mencuci barang-barang yang dipakai untuk keperluan makan tersebut (7:4). Mereka yang najis dikategorikan sebagai orang yang tidak saleh, tidak rohaniah dan tidak beriman.
Yesus sangat paham betul konteks diatas. Persoalan najis dan tidak najis telah dijadikan “senjata teologis” oleh orang Farisi dan ahli Taurat untuk membungkam para penentang mereka. Di mana senjata teologis ini menjadi ukuran untuk menghakimi sesama sebagai telah berdosa dan jauh dari keselamatan. Yesus tampil memberi tanggapan atas persoalan ini. Yesus mengajar para pendengarnya untuk mendefinisikan ulang arti najis dan tidak najis. Bagi Yeus yang disebut najis bukan apa yang tampak lahiriah. Termasuk soal makanan yang masuk ke dalam tubuh (ayat 18-19). Tidak akan menajiskan seseorang.
Lantas apa yang dimaksud dengan najis? Kata Yesus, yang yang dimaksud dengan najis adalah apa yang keluar dari dalam, dari hati seseorang. Dari dalam hati keluar semua keinginan jahat: pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan (ayat 21-22). Ketika semua ini datangnya dari hati, maka hati yang jahat itulah yang menajiskan seseorang. Malampaui itu, Yesus ingin mengajak kita untuk menjadikan hati sebagai pusat hal-hal yang baik. Hati adalah sumber niatan untuk hidup memuliakan Tuhan dan menghormati harkat-martabat hidup manusia.
GB. 245 : 2
Doa : (Buatlah hati kami taat dan memuliakan Engkau, Tuhan, dalam seluruh hidup kami)