Renungan Malam 17 Oktober 2019
GB.218 : 1 – Berdoa
Markus 8 : 27 – 30
….”Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?….” (ay.29)
Di setiap masa, mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat selalu mengandung risiko. Mengapa berisiko? Karena pengakuan ini, seseorang diperhadapkan pada berbagai tantangan yang ingin menyurutkan api pengakuan. Risiko itu antara lain berupa penderitaan karena ditolak, dianiaya hingaa kehilangan nyawa. Namun, sejarah gereja mencatat bahwa berhadapan dengan segala risiko tersebut, tidak ada seorang pun yang menyesali keadaan hingga bermaksud berhenti menjadi murid Yesus. Bahkan “darah para martir menjadi benih bagi gereja”.
Pengakuan Petrus adalah pengakuan kontekstual di masanya. Ia yang menjawab pertanyaan Yesus, “Engkau adalah Mesias” (ay.29), mewakili pergumulan pada murid Yesus berhadapan dengan Yudaisme. Bagi Yudaisme, Yesus sama sekali tidak mewakili pengharapan mereka terhadap mesias yang akan datang. Yang jelas, Yesus bukan mesias politik yang menunggang kuda putih dan memimpin peperangan melawan musuh-musuh orang Yahudi. Di sinilah pengakuan Petrus punya makna yang kontekstual, sebagai sebuah ikrar bahwa Yesus adalah mesias yang dijanjikan sekaligus yang dinantikan itu.
Di masa kini, pengakuan terhadap Yesus membutuhkan jawaban-jawaban baru. Tidak ada jawaban sama untuk semua konteks kehidupan. Karena di setiap masa berbeda pula tantangan yang dihadapi. Kendati pun kita mengambil ahli pengakuan Petrus, tugas kita adalah merevansikan pengakuan tentang mesias itu untuk tugas-tugas kristiani di hari ini. Antara lain, mesias di hari ini adalah mesias yang solider dan peduli pada penderitaan orang lain. Kita yang percaya kepada-Nya, dipanggil untuk menjadi pengikut mesias yang solider pula pada penderitaan sesama.
GB.218: 2
Doa : (Jadikan kami Tuhan sebagai “Kristus kecil” dalam kesetiaan menolong sesama yang menderita dan membutuhkan bantuan)