Renungan Pagi 23 Oktober 2019
KJ. 252 : 1 – Berdoa
Hagai 1 : 1 – 11
“apakah sudah tiba waktunya untuk kamu mendiami ruman-rumahmu yang dipapani dengan baik, sedang rumah ini menjadi reruntuhan?”. (ay.4)
Saat orang-orang Israel kembali dari pembuangan ke Yerusalem mereka mendapati keadaan bahwa kota Yerusalem dalam keadaan hancur. Bait Allah yang dulunya dibangun Raja Salomo secara mewah dan megah, juga telah menjadi puing ruruntuhan. Bagaimanapun mereka harus membenahi kehidupan mereka, dan tempat ibadah mereka. Namun saat mereka membangun rumah Allah, tantangan dihadapi oleh mereka yang kemudian menyebabkan pembangunan rumah Allah sempat terhenti selama kurang lebih 15 tahun. Nah, ketika berhenti itulah, mereka masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri.
Mereka hanya memprioritaskan urusan pembangunan rumah mereka masing-masing dan tidak punya semangat lagi untuk membangun rumah Allah. Hagai diutus untuk menyerukan kepada umat agar membuat skala prioritas dalam membangun rumah Tuhan. Karena Tuhan menginginkan umat-Nya ini kembali memiliki persekutuan dalam Tuhan di rumah-Nya yang kudus.
Seruan untuk naik ke gunung bawalah kayu dan bangunlah rumah itu, maka Tuhan akan berkenan menyatakan kemuliaan Tuhan disitu. Umat diminta untuk kembali bersemangat dalam menyelesaikan rumah Tuhan. Percuman mengumpulkan materi, harta bahkan pengharapan upah namun itu semua sia-sia hanya karena mereka terlalu mengandalkan diri sendiri. Rumah Tuhan hanya puing, bagaimana mereka dapat beribadah, membawa korban syukur dan mengabdi kepada Allah? Tuhan mengajak umat-Nya untuk membangun rumah-Nya karena Dia mengkehendaki kebersamaan yang penuh kasih ditengah kehidupan dunia ini. Tanpan rumah Tuhan, kehidupan umat akan berjalan sendiri-sendiri. Mengutamakan Tuhan di atas segala-galanya dalam segala aspek kehidupan, membuat kita menyatakan bagi dunia bahwa Tuhan adalah Allah yang mahakasih.
KJ. 285 : 3,4
Doa : (Bapa, kami ingin Engkaulah prioritas kehiduapan kami. Kami percaya, Tuhan menjadi sumber berkat yang memelihara hidup dan keluarga kami)