Renungan Pagi 29 Oktober 2019

KJ. 450 : 1,2 – Beroda

2 Petrus 1 : 16 – 19
Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepada-Nya (ay.17)

Pokok yang dipersoalkan diantara guru-guru sesat (palsu) dan gereja menerima Surat 2 Petrus ialah benar tidaknya harapan akan kedatangan Yesus kembali (parousia) itu. Guru-guru sesat itu adalah warga gereja yang telah dipengaruhi oleh aliran gnostik yang menganut paham doketisme (paham bahwa apa yang diciptakan adalah cemar, bersifat kedagingan, dan tidak dapat mati). Yesus mati di kayu salib, karena itu, Ia bukanlah Kristus uang ilahi, melainkan manusia biasa. Inilah sebabnya mereka menolak keilahian dan kemuliaan Yesus Kristus. Jadi Ia tidak mungkin datang untuk kembali sebagai Raja yang mulia?

Lalu, bagaimanakah sikap Petrus tentang hal itu? Doketisme itu adalah ajaran sesat, karrna ia bertentangan dengan iman kristen. Mengapa ia sesat? Petrus memberi penjelasan sebagai berikut: iman kristen didasarkan pada peristiwa historis (peristiwa yang betul-betul terjadi) dan Petrus sendiri (bersama Yakobus dan Yohanes) adalah saksi-saksinya. Petrus sendiri menunjuk kepada peristiwa Yesus dimuliakan diatas bukit (lihat Mat 17:1-5; Mrk 9:3-7); dan Luk 9:28-35). Petrus (dan Yakobus dan Yohanes) manyaksikan bagaimana Yesus menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, saat Ia menerima suara dari Yang Mahatinggi: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku Berkenan”. Sedangkan apa yang diajarkan oleh guru-guru sesat itu tidak berdasarkan peristiwa yang betul-betul terjadi, jadi paham mereka itu hanyalah dongeng buatan manusia semata-mata. Iman kristen bukan rekayasa para rasul. Iman kristen adalahn iman yang lahir dari peristiwa Yesus sejarah. Ia adalah anak Yusuf-Maria, lahir di Betlehem pada masa pemirintahan Kaisar Agustus, dan kedatangan-Nya dinubuatkan oleh para nabi karena itu awali dengan iman yang teguh kepada-Nya.

KJ. 450 : 3

Doa : (Tuhan, beri kami hikmat agar kami setia hidup dalam kebenaran-Mu)