Renungan Malam 19 November 2019

GB.32 : 1 – Berdoa

Mazmur 55 : 1 – 15
Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku, … (ay.2)

Melalui syairnya, pemazmur menuturkan suasana kota yang mencekam. Tergambar situasi yang tidak aman. Setiap hari penduduknya berada dalam kondiri terancam dan menyeramkan. Kemarahan musuh makin membuat rakyat gelisah dan gemetar. Teriakannya membuat bayangan kematian makin menghantui. Sangat mengerikan. Musuh bebas merajalela menindas dan menipu. Entah di mana lagi tempat aman untuk hidup. Tidak ada. Di kota, para penganiaya lagi ke padang gurun.

Aksi penindasan dan pembantaian yang menjadi makanan pahit penduduk setiap saat menjadi keprihatinan pemazmur. Beranjak dari bencana yang tak kunjung berakhir itulah pemazmur. Beranjak dari bencana yang tak kunjung berakhir itulah pemazmur berseru kepada Allah. Dengan mempertimbangkan derita dan kemalangan penduduk kota, pemazmur menyerahkan kepada Tuhan bencana akibat kejahatan yang tak kunjung habis itu. Memohon kepada Tuhan supaya bertindak terhadap para musuh agar penduduk selamat.

Kesengsaraan itu menjadi semakin terasa menyakitkan lagi sewaktu diketahui adanya seorang teman seiman, bahkan menjadi orang kepercayaannya, berkhianat. Dia terlibat dan aktif bersekongkol dalam barisan para musuh untuk menyengsarakan penduduk. Rasa-rasanya pemazmur bisa atasi berbagai situasi sulit itu, tetapi tidak mudah kalau ada teman karibnya berkhianat.

Dari kondisi derita menyakitkan itu, pemazmur lagi-lagi meminta pertolongan Tuhan. Seruan ini menempatkan pembalasan adalah hak Tuhan (bd. Ul.32:35; Rm.12:17-19). Pemazmur sangat meyakini bahwa Tuhan akan berpihak kepadanya yang hidup benar di hadapan-Nya. Sikap pemazmur memberi inspirasi saat kita akan istirahat malam ini. Kesusahan hati dan kemarahan karena dikhianati teman bisa menjadi batu uji untuk kita berusaha menempatkan perkara tersebut pada kewenangan Allah Yang Mahaadil.

GB.32 : 2

Doa : (Ya Roh Kudus, ajarilah hamba hanya berserah pada-Mu, ketika hati ini sungguh merana karena pengkhianatan)