Renungan Pagi, 26 Desember 2019
GB 153 – Berdoa
Lukas 2 : 21- 35
“…mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu…” (ay. 30)
Simeon adalah tokoh yang menarik sebagaimana diceritakan di injil Lukas ini. Secara teologis, dalam kehidupan bangsa Israel, menanti kehdairan Sang Mesias adalah harapan bangsa Israel. Setelah penduduk kerajaan Yehuda dibuang ke Babelonia tahun 586 szb (sebelum zaman bersama), hancurlah kerajaan Daud dan bangsa Israel atau Yahudi dan tidak pernah mengalami kemerdekaan lagi. Selain “kemerdekaan” terbatas pada zaman Makkabi tahun 140 szb, mereka praktis tidak pernah mengalami kemerdekaan , ketika Negara Israel modern didirikan. Akibatnya, timbul harapan munculnya seorang Mesias yang akan menghidupkan kembali Kerajaan Daud itu. Penantian Simeon adalah dalam kerangka itu.
Selain itu, dalam tradisi di kalangan gereja Ortodox Timur, Simeon dipahami sebagai salah seorang dari 72 (LXX) orang wakil setiap suku bangsa Israel yang menerjemahkan Alkitab Ibrani dalam bahasa Yunani (Septuaginta). Menurut tradisi itu, ketika sampai pada penerjemahan Yesaya 7:14, “Sesungguhnya, seorang perempuan muda (perawan).. “Simeon ingin mengubahnya menjadi “..seorang perempuan…,” lalu muncul seorang malaikat berkata kepadanya bahwa dia tidak akan mati sebelum melihat Kristus lahir dari seorang perempuan muda (perawan). Simeon itu kini siap mati setelah bertemu Yesus, yang lahir dari perawan Maria itu.
Tentu ini bukan penantian yang singkat dan sepele. Ini peristiwa iman yang besar sekali, dan pasti penantian yang tidak sia-sia. TUHAN setia dan tidak pernah lupa pada janji-Nya. Masalahnya apakah manusia siap menanti dengan tidak putus asa? Disitulah arti beriman pada TUHAN, yaitu tidak pernah ragu dan siap menanti, karena TUHAN itu setia pada janji-Nya.
KJ 128 : 1, 2
Doa: Terima kasih atas cinta kasih-Mu yang sedia menjadi Juruselamat bagi kami. Tuntunlah kami di jalan-Mu untuk memancarkan kemuliaan-Mu