Renungan pagi, 4 Maret 2020
Hari Doa Sedunia
GB 62 : 1 – Berdoa
Lukas 4 : 20 – 22
“..mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkanNya..” (ay. 22)
Banyak sarjana yang terkesan dengan nilai kesusastraan yang kerkandung dalam Alkitab. Bahkan banyak buku motivas ditulis pembicara-pembicara besar dunia yang bersumber dari kutipan atau prafrase Alkitab. Hal itu tidak mengherankan bagi mereka yang mengerti bahwa Alkitab bukan sekedar kumpulan kata-kata dalam arti harafiah. Tapi kumpulan perkataan yang menganduung kuasaNya (Band. Mark 1 : 22).
Sampai hari inipun, kita yang gemar membaca Alkitab, pasti memiliki pengalaman tak biasa dengan pengaruh langsung yang ditimbulkan dari kegiatan membaca Alkitab, terlebih bagi mereka yang memiliki dan menggunakannya sehari-hari.
Perkataan Yesus atas firmanNya membuat pendengarannya mempertanyakan asal-usulNya. Yesus bukan berasal dari keluarga terdidik dalam tradisi intelektual layaknya imam-imam Yahudi. Hanya anak tukang kayu dari desa kecil Nazaret (ay 22). Yesus menyingkapkan penggenapan nubuat Yesaya persis berhadap-hadapan muka. Ia mengajar mereka dalam penguasaan akan kisah nubuatan Yesaya. Persis ketika Ia mengutip Alkitab dari kedalaman diriNya saat dicobai.
Firman dalam diriNya yang menjadikan Yesus sebagai pribadi yang melampaui pandangan orang tentang siapa diriNya. Ia bukanlah pribadi yang dibentuk oleh kebudayaan, pikiran zamanNya. Ia adalah pribadi yang dilahirkan dari kehendak Firman, didewasakan oleh firman, dan mengalirkan kuasa firman pada pendengarNya. Ia tahu, firman yang dilepaskanNya tidak akan kembail, layaknya hujan dan salju yang turun ke bumi dengan maksud memberi pertumbuhan pada tanaman. Demikian juga halnya dengan firman. Siapa yang tumbuh dengan firmanNya, akan tumbuh dengan potensi ilahi.
GB 62 : 5
Doa : Biarlah terjadi bahasa kami adalah bahasa firmanMu.