Renungan pagi, 6 April 2020
KJ 460 : 1, 2 – Berdoa
Lukas 7 : 1 – 3
“Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus” (ay 3)
Siapa yang bisa menduga respon Allah terhadap permohonan kita? Kita tidak pernah bisa mengendalikan reaksi Allah atas harapan dan pinta kita padaNya. Semasygul apapun hati memohon atau bahkan merapat. Sebab jawaban doa adalah wilayah kedaulatan Allah. Ia yang memutuskan apa, bagaimana dan kapan.
Seorang perwira Roma sedang gundah di Kapernaum, kuatir akan keadaan hamba yang sangat dihargainya sakit keras. Ia telah mendengar berbagai cerita dan kabar tentang perbuatan Tuhan Yesus, maka ketika Yesus memasuki Kapernaum, melalui para tetua Yahudi ia meminta Yesus menyembuhkan hambanya. Pada teks-teks perikop selanjutnya kita mengetahui bahwa Tuhan Yesus menyembuhkan hamba itu.
Ketika kita menyampaikan permohonan kepada Tuhan, hal itu terkait dengan iman. Sebab sikap hati ketika meminta padaNya mengindikasikan seberapa dewasa cara kita beriman. Iman sesungguhnya adalah tentang cara pandang kita terhadap Allah, tentang siapa Allah bagi kita. Ini adalah tentang relasi kita dengan Allah.
Kebutuhan kita, baik jiwa maupun raga sebagai manusia tak terhitung banyaknya, dan tiada berakhir hingga nyawa meninggalkan raga. Maka meminta pada Tuhan menjadi bagian tiap doa yang kita ucapkan. Ketika memohon, selidikilah sikap hati dan apa yang kita pahami tentang meinta pada Tuhan. Sebagai manusia yang bisa kita lakukan adalah percaya dan menghormati kewenangan dan kewibawaan Allah sang pengubah dan perancang simfoni kehidupan kita. Seperti kata-kata yang sering diucapkan orang: “We do our best, God will do the rest.” Lakukan yang terbaik yang kita sanggup, selebihnya biarlah Tuhan mengerjakannya.
KJ 408 : 1, 3
Doa: Tuhan ketika kami meminta, tolonglah agar kami fokus pada kehendakMu bukan pada kehendak kami. Amin.