Renungan pagi, 7 April 2020

KJ 427 : 1, 4 – Berdoa

Lukas 7 : 24 – 30
“Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? …” (ay 26)

Jadi, untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Pertanyaan retorikal ini Tuhan Yesus lemparkan kepada orang banyak disekitarNya. Nabi yang Tuhan Yesus maksud adalah Yohanes. Selanjutnya Tuhan katakana bahwa Yohanes Pembaptis lebih dari seorang nabi, karena dia adalah utusan Allah yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan Yesus. Karena itu siapa saja datang kepada Yohanes dan memberi diri dibaptis berarti menerima kebenaran Allah (7:29). Tuhan Yesus menegaskan kebenaran dari keberadaan Yohanes dan ajaran-ajarannya. Kebenaran tentang Yohanes itu telah digemakan oleh sebuah ayat dalam teks religi bangsa Yahudi yang dikutip Yesus (7:27).
Dalam seni drama dan teater, terutama sastra dikenal suatu istilah intertekstualitas yang artinya bahwa sebuah karya sastra dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya; juga mengandung pandangan-pandangan yang sudah ada disekitarnya atau karya-karya sebelum itu. Kehidupan kita ibarat sebuah karya sastra dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang sudah ada sebelumnya; juga mengandung pandangan-pandangan yang sudah ada disekitarnya atau karya-karya sebelum itu. Kehidupan kita ibarat sebuah teks terbuka yang terus menerus berada dalam proses penulisan dari satu bab ke bab berikutnya. Apa yang kita lakukan, nilai-nilai yang kita pegang, pililhan-pilihan, dan kepribadian kita dipengaruhi oleh banyak hal entah itu keluarga, budaya, latar belakang ekonomi, pendidikan dan banyak lagi. Dengan kata lain hidup ini sebuah intertekstualitas. Namun, di atas segalanya kehidupan rohani kitalah yang memberi warna dominan keseharian kita.
Jadi, untuk apakah kita datang kepada Tuhan? Ini sebuah pertanyaan mendasar tentang seperti apa relasi kita dengan Allah. Apakah hubungan itu nyata dalam kehidupan kita yang menceritakan dan menegaskan kebenaran Allah? Apakah orang “membaca” kebaikan dan kasih Allah dalam hidup kita? Apakah perilaku kita menggemakan firman Tuhan? Apakah hidup kita sebagaimana keberadaan Yohanes, menyuarakan kebenaran-kebenaran Allah?

KJ 424 : 1, 2, 4

Doa: Tuhan Yesus, biarlah dalam setiap langkah hidup kami senantiasa memancarkan cahaya kasihMu. Amin.