Renungan Malam 10 April 2020
KJ.169 : 1,2,3,4 – Berdoa
Lukas 23 : 44 – 49
“..ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (ay.46)
Kematian bagi siapa pun adalah sangat menakutkan, apalagi jika harus menanggung penderitaan yang sangat berat menjelang ajalnya. Bahkan Tuhan Yesus pun meminta kepada Bapa agar Ia diperkenankan untuk tidak harus meminum dari cawan kesengsaraan yang kemudian berujung pada kematian itu. Tetapi ketakukan Yesus tidak membuat Dia kemudian memutuskan secara sepihak, sehingga menghindari cawan itu. Bersama Bapa, di dalam dan melalui doa yang membuat peluh Yesus mengucur deras ia memilih untuk taat, dengan mengatakan: “bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi”. Artinya bahwa dalam hidup Tuhan Yesus, tujuan dan kehendak Allah merupakan arah dan tujuan hidup-Nya. Karena itu bertahan hidup tidaklah lebih penting dari pada mewujudkan rancangan Sang Bapa atas kehidupan-Nya. Oleh karena itulah Ia dibangkitkan dan dimuliakan.
Kematian memang menakutkan, karena itu setiap orang akan memperjuangkan dan berupaya membayar dengan biaya mahal sekalipun dan melakukan apapun untuk mempertahankan nyawa atau hidupnya. Namun bersama dan di dalam Kristus membuat perbedaan besar dalam hidup kita. Bukan berarti kematian tidak lagi membuat kita gentar atau takut karena itu adalah naluri alamiah semua orang atau setiap makhluk hidup. Akan tetapi sama seperti kematian Tuhan Yesus Kristus adalah suatu jalan menuju kea rah kemenangan dan kemuliaan, maka kematian raga kita adalah suatu titik keberangkatan menuju hidup abadi, tempat penuh dengan kemuliaan, damai sejahtera, sukacita, dan kasih yang berkuasa. Untuk itu semestinya kita leih ‘takut’ dan waspada pada saat ini, apakah kita sudah hidup dalam penyerahan diri secara total pada kehendak Tuhan, atau takut akan kematian. Karena yang lebih penting adalah bagaimana kita menjalani hidup, daripada hanya sekedar bertahan hidup.
KJ.179 : 1,2
Doa : (Tuhan kiranya hanya maksud dan tujuanMu saja yang terjadi dalam hidup kami.Amin)