Renungan pagi, 30 April 2020

GB 245 : 1 – Berdoa

“Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, berserulah terhadap merka, karena kejahatanya telah sampai kepadaKu.” (ay 2)

Siapapun pasti mengetahui kisah tentang Yunus. Kisah tentang seorang yang lari dari panggilan dan berakhir di perut ikan (1: 1- 17) biasanya orang jika membuat kesalahan akan mencari pembenaran diri supaya tidak menerima konsekuensi dari kesalahan itu. Tap tidak demikian dengan Yunus. Ia dengan tegas mengakui bahwa ia telah berdosa kepada Tuhan dan meminta agar awak kapal yang ia tumpangi membuangnya ditengah lautan yang sedang mengamuk itu (1: 10-13).
Dalam gelap dan derita Yunus di perut ikan, ia menyadari kesalahan dan dosanya. Itulah sebabnya ia datang kepada Tuhan mengakui salah dan dosanya itu. Jika kita membaca dengan seksama isi doa Yunus, kita akan menemukan tidak satupun pembenaran diri ia lakukan. Ia justru datang degan kerendahan dan berseru kepada Allahnya untuk memohon pemulihan hubungannya dengan Tuhannya. Ia merasa terbuang dan terusir karena dosanya itu (ay 3-4); bagi Yunus, kematian adalah hukumannya. Ia mrasa sudah berada di lubang kubur karena kesalahan dan dosanya itu (ay 5, 6). Selanjutnya apa yang terjadi? Tiba-tiba ia sadar diri, bahwa yang harus dilakukan bukan hanya menyesali diri tetapi menjumpai Allah yang maha pengasih (ay 7). Ia datang berseru kepada Tuhan dan Tuhan menjawab seruannya itu (ay 2).
Tidak ada dosa yang paling berat yang tidak dapat diampuni oleh Tuhan. Serusak apapun kita, Allah mampu memperbaiki kita. Persoalan penting dari semua doa dan kesalahan yang kita buat adalah, bukan hanya menyesali namun bersedia dengan penuh kerendahan berseru memohon pengampunan dan pemulihan dari Tuhan.
Tuhan bersedia menjawab seruanmu. Yang harus kita lakukan adalah berseru dengan kerendahan dan penyesalan. Sebagaimana Yunus melakukannya, percayalah bahwa Tuhan mendengar seruanmu.

GB 245 : 2

Doa: Ya Tuhan, pertolonganMu tidak pernah terlambat. Amin.