Renungan pagi, 3 Mei 2020

GB 80 : 1 – Berdoa

Imamat 1 : 1 – 9
“Haruslah Ia mempersembahkan seekor jantan yang tidak bercela, supaya Tuhan berkenan akan dia.” (ay 3)

Apakah hidup dan ibadah kita sudah berkenan bagi Tuhan? Bagaimana kita bisa belajar hidup yang berkeknan dari tradisi Imamat Israel? Bangsa Israel identic dengan persembahan korban dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Korban bakaran dalam Imamat 1: 1-9 ini merupakan salah satu bentuk persembahan selain korban sajian, penghapus dosa, penebus salah, dan keselamat. Kita dapat melihat korban bakaran diberikan mulai dari Habel dan Nuh sebagai persembahan yang berkenan bagi Tuhan.
Pada umumnya, persembahan korban dimaknai untuk mendamaikan, menutupi, atau menebus (Kipper dalam bahasa Ibrani) kesalahan manusia kepada Tuhan. Korban bakaran menjadi sama penting dengan keesaan Tuhan dan kekudusan hari Sabat yang diatur dalam dua loh batu Musa. Allah pun memberi petunjuk melalui Musa agar tradisi pendamaian melalui korban bakaran senantiasa dikerjakan oleh Bangsa Israel. Karena itu, Allah mengatur tata cara pemberian korban bakaran. Keteraturan ini menjadi jaminan perkenanan dari Allah atas pendamaian yang berulang kali Ia berikan bagi bangsa Israel.
Melalui kisah bangsa Israel kita dapat merenungkan kasih Tuhan yang memberi kesempatan bangsas Israel tetap berkenan dalam damai. Bahkan Tuhan melanjutkan pendamaian itu bagi seluruh umat manusia. Kita sebagai gereja mengimani Yesus Kristus sebagai korban bakaran yang berkenan mendamaikan hubungan manusia dengan Tuhan.
Gereja (GPIB) yang dimaknai sebagai tubuh Kristus merupakan wadah pendamaian antara manusia dengan Allah. Di sini gereja memaknainya dalam bentuk kehidupan bergereja yang teratur. Selama inin kita sering menganggap aturan-aturan dalam gereja merepotkan. Dari tradisi Imamat Israel kita dapat memaknai aturan-aturan di gereja sebagai bagian dari upaya pendamaian yang berkenan bagi Allah.

GB 80 : 2, 3

Doa: Tuhan, mampukan untuk memberikan yang berkenan dihadapanMu. Amin.