Renungan pagi, 21 Mei 2020

KJ 218 : 1 – Berdoa

Lukas 24 : 50 – 53
“Mereka sujud menyembah kepadaNya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah.” (ay 52, 53)

Setiap perjumpaan pasti diakhiri dengan perpisahan. Demikianlah siklus kehidupan di dunia! Perjumpaan kita dengan sesama selalu bersifat terbatas dan sementara. Ita tidak mungkin selalu bersama, sebab “selalu” hanya ada di dalam kekekalan. Meski demikian, perpsiahan bukanlah sesuatu yang melulu harus disesali dan ditangisi. Sebaliknya, perpisahan adalah momen yang perlu dimaknai. Tanpa perpisahan, sebuah perjumpaan bisa jadi kurang dihargai dan kurang dimaknai. Justru karena ada perpisahan, maka perjumpaan itu menjadi berarti.
Hari ini kita merayakan peristiwa kenaikan Yesus ke sorga yang disaksikan oleh para muridNya. Injil Lukas bertutur bahwa para murid tidak menangis apalagi menyesali perpisahan dengan Yesus, Sang Guru dan Tuhan mereka. Sebaliknya, para murid memlih untuk sujud menyembah kepadaNya ketimbang memaksa Yesus tinggal selamanya di dunia. Sikap sujud menyembah tersebut menunjukkan bahwa para murid tidak hanya mengakui kekuasaan Yesus, tetapi juga percaya pada apa yang akan dikerjakanNya. Pertama, Ia kembali kepada Allah untuk mempersiapkan tempat bagi mereka (Yoh 14: 1-3). Kedua, Ia mengutus Roh Kudus untuk membimbing dan menghibur mereka.
Sungguh indah perpisahan Yesus dengan para muridNya! Perpisahan itu dipenuhi dengan iman dan berkat. Tidak herean jika para murid kembali ke Yerusalem dengan sangat bersukacita (ay 52). Perpisahan dengan Yesus tidak membuat kasih dan semangat mereka mengendur. Sebaliknya, perpisahan itu justru menambah kerinduan Allah. Mengapa demikian? Tentu saja karena perpisahan dengan Yesus dilandasi dengan pengharapan akan perjumpaan kembali. Selamat menantikan Yesus!

KJ 218 : 2

Doa: Mampukan kami menjadikan peribadahan kami hanya untuk memuliakan Allah dalam sukacita iman kami. Amin.