Renungan pagi, 30 Juni 2020

GB 48: 1 – Berdoa

Amsal 10: 1 – 10
“Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya.” (ay 1)

Kemarin kita belajar tentang memberi sebagian bagian dari kebahagiaan dan membuat Tuhan berhutang. Hari ini, Kita belajar dimensi lain dari memberi yaitu pemberian selalu berdampak pada hidup. Saat kita memberi, sesungguhnya sedang membuka jendela harapan bagi sesama untuk mengalami kasih setia Allah yang menghidupkan. Memberi berarti menghidupkan yang lain. Ketika memilih sikap ini maka menurut Amsal 10: 1, kita sedang diposisi menjadi orang bijak yang bersukacita dan bukan sebagai orang bebal.

Kitab Amsal, termasuk pasang 10 selalu membandingkan antara dua hal agar kita dapat memilih yang benar. Menjadi anak yang bijak berarti memilih untuk hidup dalam kebenaran, yaitu kehidupan yang berdampak positif. Sebaliknya, hidup sebagai anak yang bebal, berdampak pada kehidupan yang negatif atau merugikan. Hidup yang bijak atau global akan berpengaruh pada gaya hidup seseorang. Cara memperoleh materi, mengendalikan diri, memanfaatkan waktu, menentukan jalan hidup, sangat ditentukan oleh pilihan kita, menjadi orang bijak atau bebal.

Tuhan telah memberi kasih setiaNya bagi kita, supaya menjadi orang bijak. Orang bijak akan memilih untuk hidup benar dan memberi dampak positif bagi kehidupan yang lain. Memilih hidup sebagai orang bijak, berarti bersedia berada dalam kebenaran, rajin bekerja, tahu kapan harus berkarya dan beristirahat, mengendalikan diri untuk mengatakan hal hal benar, menjaga kelakuan atau memiliki integritas diri. Gaya hidup kita mempengaruhi kehidupan orang lain. Para tokoh terkenal seperti artis, politisi, pengusaha, disebut “influencer” (Pribadi yang memberi berpengaruh besar kepada orang banyak). Saudara dan saya adalah “influencer” bagi dunia ini.

Hidup kita memberi pengaruh yang baik dan yang menghidupkan kepada semua orang.

GB 48: 2

Doa: Ya Tuhan, tolong buatlah kami tahu memilih untuk menjadi bijak dalam laku hidup. Amin.