Renungan pagi, 9 Juli 2020

GB 284: 1, 2- Berdoa

Hakim-hakim 8: 4-21
“Lalu ia mengumpulkan para tua-tua kota itu, ia mengambil duri padang gurun dan onak, dan menghajar orang-orang Sukot dengan itu” (ay 16)

Satu kebaikan memang tidak bisa mengubah seluruh dunia. Akan tetapi satu kebaikan sangata berarti bagi seseorang yang mengalaminya. Kesadaran inilah yang memotivasi orang-orang seperti Bunda Teresa, Dashrath Manjhi, Narayan Krishan, Ariana Grande, Christiano Ronaldo, dan lainnya tetap melakukan kebaikan kecil dengan rela dan setia. Tidak heran jika kebaikan berdasarkan cinta kasih tersebut berhasil menyentuh hati banyak orang dan menginspirasi mereka untuk juga melakukan kebaikan keapda siapa saja, terutama mereka yang tidak berdaya dan tertindas.
Kebaikan demikian sayangnya tidak dimiliki oleh orang-orang Sukot dan Pnuel. Mereka tidak bersedia memberi roti bagi Gideon dan tentaranya sementara berjuang mati-matian untuk mengalahkan bangsa Midian, penindas mereka. Bukannya mendukung dan mengapresiasi, orang-orang Sukot dan Pnuel justru meragukan dan meremehkan perjuangan Gideon dan tentaranya.
Sikap tidak peduli dan kikir orang-orang Sukot dan Pnuel tersebut akhirnya mendatangkan masalah bagi diri mereka. Setelah menangkap Zebah dan Salmuna, para raja Midian, Gideon pun menghajar para tua-tua kota dengan duri padang gurun dan onak yang tajam dihadapadan banyak orang. Tindakan keras Gideon, hakim Tuhan tersebut, tampaknya dimaksudkan baik sebagai hukuman maupun pelajaran bagi mereka yang tidak suka menolong sesamanya.
Saudaraku, kisah ini mengajak kita untuk mengingat 3 hal. Pertama, berusahalah untuk menolong sesama dalam kesusahannya. Kesusahan mereka bukan bahan tertawaan, melainkan undangan untuk melakukan kebaikan. Ketiga, lakukanlah kebaikan bukan karena takut akan hukuman ataupun karena mengharapkan berkat. Berbuatlah baik, karena Tuhan baik!

GB 284: 3

Doa: Ya Allah, bersihkanlah motivasi kami dalam menolong sesama. Amin.