Renungan pagi, 20 Juli 2020
KJ 252: 1 – Berdoa
1 Petrus 2: 1 – 10
“Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani,” (ay 5)
Saya terkenang peristiwa 32 tahun lalu saat kuliah di Yogyakarta. Siang itu, terdengar teriakan “maling-maling!” bergegas saya keluar dari kamar kos dan mendapati seorang anak remaja dipukuli warga masyarakat yang memergoki anak itu mencuri radio tape milik bapak kos. Sesaat kemudian bapak kos datang dengan sepeda motornya sambil berteriak “ada apa ini, kok dipukuli dan disiram bensin!”. Setelah ia menenangkan masyarakat, mereka berangsur-angsur meninggalkan rumah kami. Percakapan bernuansa pastoral pun dilakukan dan akhirnya diketahui anak itu yatim piatu dan tinggal di kolong jembatan. Ia mencuri untuk membayar uang sekolah yang tertunggak 4 bulan. Setelah kami meninjau ke tempat tinggalnya, bapak kos memutuskan untuk membayar uang sekolah yang tertunggak bahkan menjadikannya sebagai anak asuh. Sungguh luar biasa kehidupan imannya, sejalan dengan pelayanan yang dilakukan sebagai seorang Penatua dengan perilakunya. Tetapi yang lebih luar biasa, kehidupan berimannya berdampak bagi anak remaja yang pernah mencuri. Ia tidak mencuri lagi, bahkan berprestasi dalam studinya serta setiap pagi dan sore mengabdikan diri melayani di rumah bapak kos. Ia berkata “Jangan larang saya melayani. Bapak orang baik, saya tulus melakukan ini, tidak usah dibayar!”
Kehidupan bapak kos, adalah sebuah contoh bagaimana seorang percaya yang menjadi batu yang hidup. Hidupnya bagaikan batu, menjadi tempat tinggal baru dan kudus bagi Tuhan Yesus berkarya dalam hidupnya. Panggilan hidupnya pun bagaikan batu yang bersedia untuk “menderita” dengan mengorbankan apa yang dimilikiya untuk membawa pertobatan bagi orang lain, sehingga hidupnya berdampak bagi remaja itu, untuk terpanggil melakukan hal yang sama, menjadi batu yang hidup. Indah, menjadi batu hidup bagi Tuhan dan sesama.
KJ 252: 5
Doa: Ya Tuhan, jadikanlah hidupku menjadi batu yang hidup untuk kemuliaan namaMu. Amin.