Renungan pagi, 23 Juli 2020
GB 47: 1 – Berdoa
1 Petrus 4: 7 – 11
“kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (ay 8)
Bersama para katekumen (peserta katekesasi) saya pernah melakukan sebuah retret di Biara Bunda Hati Pemersatu, desa Gedono, Salatiga dengan udara yang sejuk dan dingin di malam hari. Hidup dalam penguasaan diri dilatih di tempat ini, setiap orang diminta menjaga kehenngan, tidak berbicara dan melakukan ibadah setiap 3 jam, mulai dari pagi sampai malam bersama para biarawati. Kami pun dapat melihat para biarawati berkebun dan menjual hasil olahan kebun serta menjualnya di took kejujuran. Semua barang olahan kebun, buku renungan serta aksesoris Kristen dijual di sana. Setiap orang dipersilahkan mengambil barang yang dibelinya kemudian membayar serta mengambil uang kembali, tanpa ada yang melayani. Luar biasa sebuah penguasaan diri dilatih dan diuji di tempat ini. Itulah sebuah keunggulan tradisi gereja Roma Khatolik yang biasa melatih kehidupan rohaninya dengan sebuah proses retret yang tertata.
Walaupun mungkin kita belum pernah mengikuti latihan rohani dengan model retret seperti ini, namun tidak berarti kita tidak bisa hidup dengan penguasaan diri yang terus kita lakukan dalam hidup ini. Firman Tuhan mengingatkan kita untuk menguasai diri dalam segala hal. Dengan penguasaann diri, kita dimampukan untuk dapat berdoa dan mengasiihi sesama kita, termasuk orang yang sudah melukai dan menyakiti perasaan kita. Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus mengajak kita untuk lebih banyak bersyukur, diawal doa (irroloy) dan diakhir doa (doxology) bersyukur daripada meminta. Dengan hidup selalu bersyukur, maka kita akan dimampukan untuk melayani baik dengan memberikan tumpangan dan memakai karunia yang kita miliki. Disaat presbiter harus berkhotbah memberitakan kasih dan keselamatan Tuhan akan dimampukanNya.
GB 47: 2, 3
Doa: Ya Tuhan, ajarlah kami dapat menguasai diri dalam segala hal. Amin.