Renungan Malam 10 Agustus 2020

GB.224 : 1,5 – Berdoa

Kisah Para Rasul 17 : 26 – 28
Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi (ay.26)

Pertentangan yang menjurus kepada konflik individua tau kelompok dalam masyarakat plural acapkali terjadi karena perbedaan pendapat dan keyakinan, ditambah berbagai kepentingan yang dipaksakan. Kaum eksklusif-fundamentalis selalu memandang rendah penganut agama lain, yang berbeda dengan mereka. Prinsip mereka bahwa mengakui kebenaran, kuasa penyelamatan dari agama atau tokoh agama lain, sebagai tamparan terhadap wajah Allah yang disembahnya (Paul F. Knitter). Kesalehan ini menghadirkan manusia arogan yang selalu memuji diri termulia di antara sesama, dan hanya mereka yang layak dihadapan Allah; melenyapkan orang lain (yang dipandang kafir) dibenarkan.

Di Areopagus Paulus sangat dilematis (perhatikan kata “juga”, ay.31) menghadapi masyarakat plural yang pro-kontra dan telah mendakwanya sebagai pembawa ajaran “baru”, “dewa asing” (ay.18-19). Paulus menjelaskan pengajarannya dengan pendekatan yang universal (luas, umum) yang dapat diterima semua orang. Menurutnya, umat manusia dan bangsa-bangsa diciptakan Allah dari satu orang saja (: manusia, Lbr.: ha’ adam = tanah; Ind.: laki-laki, Kej.4:1-5:32); manusia: “debu tanah” yang diberi Allah nafas sehingga hidup (Kej.2:7; Ayb.34:15; Pkh.3:19-20). Di sini Paulus mau mengatakan agar orang-orang itu segera mengakhiri perdebatan di antara mereka sebagai sesama ciptaan Allah dalam sifat alami manusia yang sama.

Kita ada di tengah masyarakat beragam suku, agama, budaya, status social, dst. Di tengah keragaman yang tak terhindari ini, peran dan tanggung jawab kita dibutuhkan. Berjumpa dan berdialog dengan semua orang sebagai sesama warga Negara dan bangsa dalam nilai kemanusiaam, harus kita lakukan dengan tulus dan rendah hati. Hana dengan cara inilah kita dapat membangun bangsa serta menghadirkan damai dan sejahtera TUHAN dalam hidup bersama.

GB.347 : 1,2

Doa : (Ya Roh Kudus tolong, agar kami dalam masyarakat bersedia membangun percakapan yang berisi nilai-nilai kemanusiaan)