Renungan pagi, 3 September 2020

Kidung Agung 3: 6-11
“Puteri-puteri Sion, keluarlah dan tengoklah Raja Salomo…” (ay 11)

Kehadiran dalam sebuah ibadah pemberkatan perkawinan dan resepsi perkawinan sesungguhnya memiliki makna penting selain memenuhi undangan mempelai. Salah satunya yaitu ada sukacita dan kebahagiaan yang dicurahkan dan melingkupi perayaan tersebut, baik bagi kedua mempelai maupun bagia semua orang yang hadir. Kebahagiaan ini menjadi kekuatan sekaligus semangat mulia mengantarkan kedua mempelai melangkah dalam kehidupan baru yang menjadi pilihan mereka. Jadi siapakah yang berbahagia? Ternyata dalam pesta perkawinan kebahagiaan dicurahkan kepada semua orang, yang dimulai sejak kekuatan cinta yang mempertemukan kedua mempelai. Berasal dari manakan kebahagiaan itu? Tentu saja kasih karunia Allah yang memberkati kedua mempelai itulah sumber dan landasan kebahagiaan.

Kitab Kidung Agung yang kita baca hari ini, menunjukkan bahwa kebahagiaan itu tidak hanya dialami oleh Raja Salomo. Kebahagiaan, sukacita dan semangat juga dialami oleh umat Israel yang ada di Yerusalem. Seluruh rakyat akan ikut bersukacita dan bahagia ketika melihat Raja Salomo diiringi oleh para pengiring di hari perkawinannya. Kebahagiaan dirasakan oleh semua orang karena perkawinan dilakukan dengan cara yang benar. Kita mengingat bagaimana Yohanes menegur Raja Herodes Antipas yang menikahi Istri saudaranya (Luk 3: 21).

Perbuatan Herodes mungkin saja menyenangkan dirinya, tapi bagi komunitas beriman perbuatannya membawa kegelisahan, merusak semangat dan melanggar hukum Yahudi. Karena itu marilah kita mempersiapkan segala rencana perkawinan kita sebaik-baiknya. Sebab ada rencana Tuhan yang hendak diwujudkan melalui setiap perkawinan yaitu menghadirkan sukacita dan kebahagiaan bagi umat manusia. Selamat mempersiapkan perkawinan dengan baik dan benar.

KJ 426: 2

Doa: Tuhan Yesus Jurus’lamat kami, tuntun umat-Mu agar dapat mempersiapkan dan melaksanankan perkawinan dengan baik dan benar, serta menghadirkan sukacita bagi banyak orang.