Renungan pagi, 11 September 2020
KJ 416: 1, 2 – Berdoa
Amsal 4: 14-17
“Jauhilah jalan itu, janganlah melaluinya, menyimpanglah dari padanya dan jalanlah terus.” (ay 15)
Amsal menggambarkan jalan hidup orang fasik adalah yang tak dapat tidur bila tidak berbuat jahat dan sebelum ada orang tersandung masalah. Sepertinya kita akrab dengan gaya hidup ini. Sekali kita dijahati oleh orang lain, maka tidak akan tidur sebelum bisa melampiaskan emosi. Emosi itu sebisanya dilampiaskan kepada orang itu atau sekurang-kurangnya kepada yang ada disekitar kita. Lama kelamaan, kita jadi terbiasa mengumbar emosi, berlaku kasar, berniat jahat dan berbuat yang dosa. Pada sisi lain, kita pun senang menunggu-nunggu berita tentang siapa saja orang yang tersandung masalah. Kenal atau tidak, masalah yang dialami orang lain bagaikan menu baru dalam percakapan kita sehari-hari. Akhirnya, berbuat dosa sudah seperti makan makanan pokok sehari-hahri dan berbuat jahat sebagai penyegarnya.
Amsal mengingatkan kita untuk segera menyimpang dari jalan atau gaya hidup yang seperti itu. Mari mulai dengan belajar mengendalikan emosi terhadap perkataan atau perilaku orang yang membuat kita merasa tersinggung, terhina (direndahkan), kecew, marah ataupun dirugikan. Jadikanlah perasaan negative itu tantangan untuk mengampuni dan mengasihi. Jika kita berjiwa besar, maka kata atau perilaku orang yang jahat itu dapat dijadikan bahan untuk koreksi diri.
Mari berhenti menantikan kemalangan orang lain hanya supaya ada bahan pembicaraan dalam pergaulan. Itu jahat! Jika berbuat jahat dan baik adalah dua pilihan berbeda, kita dapat memilih untuk hanya melakukan yang baik. Dunia dapat memberi kita berjuta alasan untuk menjadi dan berlaku jahat. Syukurlah Amsal mengingatkan bahwa kita dapat memilih untuk menolak yang jahat, apapun alasannya. Bukan jalan hidup yang memilih kita. Sebaliknya kita yang memilih jalan hidup.
KJ 416: 3, 4
Doa: Ya Tuhan, mohon karuniakan kami hikmat dan kekuatan untuk kembali ke jalan yang benar seturut kehendak-Mu.