Renungan pagi, 26 September 2020

KJ.246 : 1 – Berdoa

Mazmur 113 : 1 – 9
“Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpuji nama TUHAN” (ay.3)

Dalam mazmur pujian ini para peserta ibadah diundang memuji Tuhan yang mengatasi segala sesuatu (ay.1-4) namun mengutamakan manusia rendah dan mengaruniakan kepadanya hidup berlimpah (ay.5-9). Keyakinan bahwa Tuhan meninggikan orang rendah berakar dalam pengalaman umat Israel: sekelompok pekerja rodi diangkat Allah menjadi Anak dan umat-Nya. Mazmur ini adalah salah satu rentetan “Hallel besar” (Mzm 113-118) yang dinyanyikan pada hari raya Paskah Yahudi (peringatan keluar dari Mesir) dan pada hari raya laiannya. Mazmur ini dimulai dan ditutup dengan seruan “Haleluya!” (pujilah Tuhan).
​Pujilah Tuhan, hai hamba-hamba Tuhan. Semua hamba Tuhan diajak untuk memuji Tuhan (di dalam kata memuji ini terkadung juga makna mengakui, memuliakan, memasyurkan, menghormati, mentaati, menjungjung-tinggi, membesarkan, dan lain-lain). Mengapa? Sebab Tuhan itu tinggi luhur dan kemuliaan-Nya mengatasi segala langit, tidak ada seperti Dia (ay.4-5). Dalam hal apa? Ia diam di tempat tinggi, namun Dia merendahkan diri-Nya, Dia menegakkan orang yanag hina dan mengangkat orang miskin dan Dia mendudukan perempuan mandul sebagai ibu anak-anak (ay.6-9).
​Senada dengan Mazmur 113 ini adalah nyanyian Hana yang terdapat pada 1 Samuel 2 dan Maria dalam Lukas 1:46-55. Lewat kelahiran Yesus Kristus, Allah melewat umat-Nya. Yohanes menyatakan “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:15). Jika kita mengamini ayat ini, maka hal yang dapat kita lakukan ialah ikut pemazmur mengucapkan dan mewujudkan-nyatakan seruan “Haleluya, Pujilah Tuhan”, karena begitu besar kasih-Nya atas kita.

KJ.246 : 3

Doa : (YaTuhan, tenangkan hatai kami, karena kamai yakin bahwa Engkaulah Allah kami yang mahatinggi tapi memperhatikan orang rendah)