Renungan pagi, 28 September 2020
KJ.442 : 1,2 – Berdoa
Amsal 23 : 15
“hai anakku, jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita” (ay.15)
Perilaku bijak adalah sikap yang paling berharga di dunia Timur Tengah kuno. Orang bijak memiliki cara berpikir dan berperilaku yang peka terhadap lingkungan sosialnya. Mereka menggunakan akal secara arif bukan saja untuk diri sendiri tetapi untuk kepentingan bersama. Kebijakan dapat membuat ayah dan anak bersukacita bersama. Penulis Amsal berkata anaknya, ”Jika hatimu bijak, hatiku juga bersukacita”.
Memiliki anak yang bijak menjadi dambaan orangtua. Agar menjadi bijaksana, anak perlu dibimbing dengan ajaran yang benar untuk mengenal nilai-nilai luhur dan mengerti makna hidup beriman di tengah koteks kehidupan. Mendidik anak menjadi bijak tidak mudah. Namun demikian, penulis Amsal berkata, “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dana mendatangkan sukacita kepadamu (Ams 29:17).
Hari ini kita memperingati 75 tahun Kereta Api Nasional. Aswar Riki pernah menulis bahwa kita dapat belajar lima hal dari Kereta Api, yaitu:
1) Tetap Konsisten : Kereta api memiliki jalan khusus dan arah yang jelas. Untuk mencapai tujuannya ia harus tetap konsisten pada rel sebagai jalannya.
2) Tidak Mudah Menyerah : Kereta api tidak akan berhenti sebelum mencapai tujuannya kecuali jika ada hambatan yang sangat besar.
3) Menghargai Waktu : Perjalanan menggunakan kereta api harus memperhatikan waktu, terlambat satu detik saja kita akan ditinggal.
4) Sabar : Saat kereta api akan melintas di jalan maka kendaraan lainnya harus menunggu dengan sabar.
5) Komunikasi : Kejadian yang tidak diinginkan seperti tabrakan antar kereta api dapat terjadi karena kurannya komunikasi.
Didiklah generasi penerus memiliki hati yang bijak dengan cara yang : konsisten, tidak mudah menyerah, menghargai waktu, sabar dan bangunlah komunikasi yang baik.
KJ.442 : 3
Doa : (Ya Tuhan jadikan kami pribadi yang bijak untuk membangun sukacita bersama)