Renungan Malam, 21 Oktober 2020

♪KJ.242 : 1,2 – Berdoa

Ibrani 4:14 – 16
“Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita” (ay.14)

Peribadahan di zaman Musa bermula di Kemah Pertemuan. Di zaman Salomo peribadahan beralih ke Bait Suci di Yerusalem. Di dua tempat suci itu peranan imam sangat sentral. Hanya imam yang boleh masuk ke ruang mahakudus di Bait Suci. Sebagai ‘perantara’ antara TUHAN dan umat, imam mempersembahkan kurban pendamaian untuk menebus dosa bagi umat maupun dirinya. Sekalipun derajat rohaninya tinggi, namun imam tidak bebas dari kelemahan dan dosa.
Pada masa berikutnya Bait Suci itu dihancurkan. Pertama oleh Nebukadnezar pada tahun 586 sM. Umat Israel kemudian diangkut ke pembuangan bersama seluruh perlengkapan Bait Suci. Tahun 525 sM Bait Suci dibangun kembali. Namun demikian, pada tahun 70 M dihancurkan untuk ke dua kalinya oleh tentara Romawi di bawah pimpinan Titus. Sejak itu sampai sekarang tidak dibangun kembali.
Harun menjadi besar di zaman Musa, sedangkan Kayafas pada zaman Yesus. Sekalipun perannya penting dalam peribadahan di Bait Suci, mereka hanya manusia yang terpilih dan diurapi untuk jabatan itu. Harun pernah membuat patung lembu emas untuk disembah. Kayafas menyebut hujatan kepada Yesus. Hukuman Tuhan tidak terelakkan.
Yesus Kristus sebagai Imam Besar Agung tidak berbuat dosa. Dirinya dipersembahkan sebagai kurban pendamaian sekali untuk selama-lamanya. Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar dan datang di atas awan-awan di langit (Mat.26:64). Ia lebih tinggi dari imam besar biasa. Ia berkenan ‘dihampiri’ di takhta kasih karunia, untuk umat memohon rahmat dan memperoleh pertolongan pada waktunya (16). Ia adalah TUHAN yang telah datang ke dalam dunia dan Bait-Nya ialah umat-Nya! (1.Kor.3:16-17).

♪KJ.242 : 3,4

Doa : (Ya Yesus Kristus, Engkaulah Anak Allah, tertinggi di atas malaikat dan manusia! Teguhkanlah iman kami pada karya keselamatan-Mu!)