Minggu Adven IRenungan Malam, 4 Desember 2020
♪GB.283 : 1 – Berdoa

Matius 9:35 – 38
Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit (ay.37)

Kalau kita berpikir pemimpin itu jabatan, maka identiklah dengan panggilan “bos”. Sayangnya, pemimpin itu bukan bos yang kerjanya memberi pekerjaan. Sebaliknya, ia diberi pekerjaan. Singkatnya, pemimpin itu adalah pekerja. Titik! Pemimpin itu juga sifatnya bukan seperti orang kebanyakan yang “haus” akan pelayanan untuknya, tapi dialah sang pelayan itu sendiri. Karena itu, jumlah mereka sedikit!

Gereja senantiasa memiliki masalah yang sama, yakni kurangnya jenis pemimpin yang menerima dan melaksanakan perintah. Sebaliknya, justru “kelebihan” (barangkali) jenis pemimpin “tunjuk jari”. Medan pelayanan gereja masih sangat membutuhkan kehadiran pemimpin yang berjiwa pelayan. Domba-domba yang kelelahan dan terlantar hingga hari ini masih banyak. Mereka semua adalah “tuaian” yang ditinggalkan Yesus, murid-murid dan rasul-rasul, pelayan-pelayan Nya dulu.

Bagaimana gereja bersikap atas kekurangan pelayan-pelayan yang bersedia memanen tuaian? Dua hal yang harus disadari. Pertama, apakah kita melihat adanya tuaian tersebut, yakni orang-orang kelelahan secara jasmani dan rohani. Kedua, apakah kita mau menyampaikan permintaan kepada Yesus untuk mengirim pemimpin penuai yang dibutuhkan di tengah kehidupan pelayanan ini. Acap kali, gereja serasa tidak membutuhkan “pemimpin” dari-Nya. Gereja (jemaat) memilih sendiri pemimpin mereka. Pemimpin yang memenuhi ukuran mereka. Pemimpin yang sesuai dengan jenis yang mereka kehendaki. Pemimpin yang selalu berkata “yes” dan bukan yang berani mengatakan “no” pada kehendak yang salah.

Yesus telah menugaskan kita berbela rasa, berbagi kasih dalam kehadiran yang nyata. Prinsipnya, mintalah Sang Pemilik Tuaian untuk memakai kita bagi pekerjaan-Nya hingga hari ini. Ia pun masih sementara bekerja (baca Rm 8:28). Pemimpin yang meminta untuk dipakai-Nya dan benar-benar bekerja, jumlahnya sedikit loh! Maukah kita menyegarkan panggilan penuaian ini dengan berkata, “Ini aku Tuhan. Mohon baruilah hatiku. Utus kembali aku secara baru”.

♪GB.283 : 2,3

Doa : (Sebagaimana Tuhan memiliki hati yang mudah tergerak oleh penderitaan, maka mohon berilah kami hati yang sedemikian juga)