Hari Minggu Sesudah Natal
Renungan Pagi, 27 Desember 2020

♪GB. 152 : 1,2 – Berdoa

Matius 2 : 19 – 23
Hal itu terjadi supaya genaplah firman (ay.23b)

Menjadi buronan, itulah yang terjadi pada bayi Yesus. Baru lahir sudah dianggap ancaman oleh penguasa pada saat itu, sehingga harus mengungsi, supaya selamat. Bahkan ketika sang penguasa sudah mati, penggantinya pun bisa saja menjadi ancaman, sehingga Yusuf memilih untuk tetap di Nazareth. Semua ini adalah peristiwa yang menunjukkan sang Bayi Natal hidup sebagai orang yang tersisih atau termarjinalkan. Sejak masih bayi, Dia sudah berada dalam situasi yang tidak aman.

Situasi ini jelas berbeda dengan perayaan-perayaan Natal dari kebanyakan orang Kristen di Indonesia yang hidup dalam kebe-basan menjalankan ibadahnya. Namun demikian menjadi sangat relevan bagi sebagian saudara seiman kita yang sampai saat ini situasinya masih dihalang-halangi kebebasannya dalam beribadah. Kuasa yang mengancam dan memojokkan, tidak mampu menahan Sang Sumber Damai Sejahtera untuk hadir di dalam dunia. Di sinilah kita menemukan makna dari perkataan Tuhan, “Damai sejahtera yang Ku-berikan kepadamu tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu”.

Nazareth sebagai pilihan Yusuf untuk menetap adalah kota kecil yang masyarakatnya pendatang bukan orang Yahudi. Ini adalah suatu pesan, bahwa damai sejahtera itu hadir tidak hanya kepada mereka yang tersisih, tapi juga di tengah keberagaman. Natal Kristus adalah kehadiran yang menjamin masa depan siapapun, kapanpun, di manapun, dan apapun situasinya.

♪GB. 152 : 3,4

Doa : (Puji syukur Tuhan Yesus, kehadiran-Mu menjamin masa depan)