Minggu II Ses. Paskah
Renungan Pagi, 12 April 2021

♪KJ.291 : 1 – Berdoa

Mazmur 107 : 17 – 22
Biarlah mereka mempersembahkan korban syukur dan menceritakan pekerjaan pekerjaan-Nya dengan sorak-sorai! (ay.22)

Seorang anak dengan sukacita berteriak memberitahukan semua orang yang ada di ruang itu, “Aku dapat handphone dari Kakek. Asyik! Lama sudah aku ingin hadiah handphone ini tetapi belum boleh.” Demikian ekspresi kesukaan seorang anak mendapatkan apa yang diingininya sejak lama. Penantian itu dirasa perlu oleh kakeknya agar anak itu betul-betul tahu apa kegunaannya dan dapat menggunakan perangkat telepon itu secara tepat. Ada pertimbangan tertentu dari pemberi hadiah itu. Jadi ada interaksi antara pemohon dan pemberi.

Pemazmur memahami dengan baik bagaimana usaha kerasnya untuk mendapatkan keampunan dari Tuhan terjadi lewat proses yang tidak mudah. Ia harus menjalani situasi sakit oleh sebab kelakuannya dan tersiksa akibat perbuatan kesalahannya, bahkan sampai pada pintu gerbang maut. Namun Tuhan punya cara dalam mengasihi anak-anak-Nya. Begitu mereka berseru kepada-Nya dalam situasi keputusasaan yang pasrah dan dijawab Tuhan. Itulah cara Tuhan menumbuhkan kesadaran manusia atas kesalahan mereka dan kemuliaan Tuhan.

Karena itu ketika permohonan pengampunan itu terjadi, yang Tuhan kehendaki adalah katakan kepada orang bahwa pengampunan sudah terjadi. Maksud Tuhan dengan ini adalah agar sesamanya tahu bahwa persoalan tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu orang saja. Menyatakan adanya keterlibatan Tuhan atas persoalan adalah cara memuliakan Tuhan agar manusia sadar bahwa hidup manusia tidak ditentukan oleh dirinya sendiri. Manusia perlu bersaksi bahwa Tuhan yang mengasihi manusia itu juga ikut terlibat dalam kebahagiaan hidupnya. Kesaksian tentang keterlibatan Tuhan itu adalah tugas manusia yang telah diampuni.

♪KJ.291 : 5

Doa : (Ajar kami untuk selalu bersaksi atas pengampunan Tuhan bagi kemuliaan nama Mu, Tuhan)